Showing posts with label Produktif Di Rumah. Show all posts
Showing posts with label Produktif Di Rumah. Show all posts

Thursday, October 31, 2024

Menata Kembali Dunia

Aku sempat berpikir apa guna dari pendidikan tinggiku yang tersemat sebagai gelar yang menempel di ijazah. Toh aku saat ini hanya di rumah saja tanpa bekerja seperti sebelum berkeluarga. Sempat mengurung diri karena merasa tidak layak untuk bergaul dengan teman-teman yang bekerja walau sudah menikah dan punya anak. Tidak sepertiku yang hanya di rumah saja.

Tapi aku sadar, karena ini adalah pilihanku. Aku dan suami juga sudah sepakat kalau tidak menggunakan jasa orang lain untuk mengurus anak kami disaat mereka belum bersekolah atau masih perlu pengawasan. Sehingga terciptalah duniaku yang hanya di rumah saja.

Apakah aku dianggap kufur nikmat jika ingin tetap punya penghasilan? Setidaknya aku mau merasakan juga punya pekerjaan seperti sebelum menikah. Ternyata, menjadi full time house wife itu tidak menyenangkan 100%. Hanya saja, ada kebahagiaan tersendiri membersamai anak-anak walau hanya berkutat di area rumah saja.

Setelah menikah 8 tahun, aku merasa beruntung memiliki suami yang cukup paham keinginanku. Dia tahu sebelum menikah dengannya aku punya lifestyle seperti apa, dia juga memahami aku ingin kemana saja selama hidupku. Banyak mimpi yang aku titipkan kepada dia jika dia menikahiku, agar bisa tetap ku wujudkan.

Banyak hal yang suamiku wujudkan, tentunya.. ada juga yang perlu ku terima sebagai akibatnya jika tidak patuh atas keinginannya. Aku bersyukur telah mengenyam pendidikan dan lulus dengan title diploma tiga juga strata satu. Karena membantuku dalam memilih mau menjadi seperti apa aku sebagai seorang ibu.

Ternyata, menjadi seorang ibu yang berpendidikan itu berguna saat anak-anak perlu arah untuk belajar. Aku bisa memilih menjadi ibu sabar, tegas, galak, lembut, dan segala bentuk ibu di mata anakku. Berkat pelajaran yang ku tempuh saat kuliah. Ada banyak pendekatan yang ku lakukan untuk tetap membersamai anak-anak. Paling penting itu, membuat aku tetap waras dalam menjalani peran sebagai ibu rumah tangga.

Apakah kamu juga merasakan post power syndrome sepertiku? Aku pernah mengalami masa jaya dalam pendidikan dan karirku. Sempat dropped, tapi kini ku sadar aku bukan kalah ataupun menyerah. Aku hanya tidak cepat mengambil langkah baik untuk jalan hidupku seperti ibu lainnya.

Saat ini aku mau mengatakan kalau aku bisa menjadi ibu seutuhnya dengan tingkat kesadaran penuh. Aku bisa mengimbangi kehidupanku sendiri dan keluarga. Aku sehat jasmani dan rohani. Kebetulan, aku memiliki circle yang bisa membuatku bertumbuh menjadi pribadi yang baik. Aku juga memilih komunitas untuk tempat mengembangkan diri dengan baik. Sehingga aku dapat menentukan ingin menjadi ibu seperti apa kedepannya.

Terima kasih Tuhan atas kesempatannya. Terima kasih suamiku atas kesabarannya menghidupiku jiwa dan raga, juga kedua anakku yang sabar memiliki ibu dengan tempramen tidak semestinya. Tak luput juga teman-teman dari komunitas yang telah sama-sama berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Terima kasih semua orang yang telah ada dan membuatku berkembang dengan baik seperti ini.

Oh iya, dalam tiap kesempatan aku juga berterima kasih untuk sebagian orang yang membuangku dalam pertemanan. Tanpa kalian, aku tidak tahu rasanya dipungut dan dibesarkan oleh orang-orang yang selalu ada sampai saat ini bersamaku. Kalian sangat berkontribusi atas perubahanku dan menyemangatiku untuk selalu menjadi orang baik dan berguna untuk semua kalangan bukan hanya untuk sebuah kepentingan. Terima kasih.

Monday, August 9, 2021

10VE

salah satu koleksi suamiku



Dari Lionel Messi, saya mendapat momen haru (lagi). Jujur, saya sedih saat Steven Gerrard meninggalkan Liverpool. Mencoba ikhlas, perasaan haru itu disusul Luis Suarez yang baru saya cintai, pindah ke Barcelona. Lalu, saat ini Gerrard sudah leaving dunia pemain bola kini menjadi pelatih. But, Gerrard selalu jadi kapten sepanjang masa di hatiku.


Balik lagi ke pemain aktif, kehilangan Suarez ke Barcelona justru tidak menyedihkan. Karena melihat dia berkembang bersama Club lain, itu justru membahagiakan. Ibarat lihat teman lama yang bisa grow up dengan lingkungan barunya. Sebagai fans, saya makin bangga dan bahagia.


Apalagi bergabung dengan Lionel Messi, saya makin senang melihat Suarez di Barcelona. Ternyata kebahagiaan ini tidak long time, karena Suarez harus pindah ke Atletico Madrid. Saya tidak akan bahas masalah apa dia pindah, hanya saja, sebagai fans saya merasa kecewa. Performa dia stabil saat bersama Messi dan pemain muda lainnya di Barça. 


Sebagai profesional, saat ini Suarez masih mencoba untuk stabil dalam berkompetisi di lapangan hijau. Lagi-lagi dimata saya, Suarez sangat ingin menunjukkan, bahwa dia pantas berada dimana saja dengan kepiawaiannya bermain dengan si kulit bundar.


2021, saya melahirkan anak laki-laki dengan nama depan Lionel. Bukan tanpa alasan, karena suami saya sudah meminta nama itu sejak kami menikah. Jika memiliki anak laki-laki, dia ingin nama itu tersemat entah di nama depan, tengah, atau belakang. Menurut saya, itu nama baik. Karena saya tahu, suami saya fans berat Lionel Andręs Messi. I accepted.


Lionel lahir 17 Juli. Tapi, konfirmasi Messi perpanjang kontrak di Barcelona belum kunjung tiba. Hingga akhirnya di Awal Agustus, pihak FCB mengumumkan kepergian Messi dari Clubnya.


"What the hell about this?!" ucap saya setelah baca pengumuman tersebut. Apalagi setelah melihat konferensi pers Messi di Auditorium 1899. Menetes air mata ini melihat dia diatas podium yang juga menangis.


Ingin rasanya saya memeluk suami. Tapi kondisi anak yang sedang dipelukan, saya hanya bisa memegang tangannya saja. Lalu kami hanya bisa berkata seadanya. Tapi saya paham, raut kecewa kami tak terbantah dan hanya bisa saling lempar senyum.


Kecewa. Blass!! Runtuh hati ini. Saya tidak pernah sesedih ini saat melihat Gerrard dan Suarez menyatakan left dari Liverpool. Tapi melihat Messi, entah ikatan batin apa. Mungkin ini bagian efek 9 tahun hidup bersama fans Messi dan Barcelona. Tapi saya rasa bukan itu.


Saya tahu Messi ya sejak kuliah D3. Karena inner circle saya, pecinta sepakbola. Kami sering mengerjakan tugas sambil nonton bareng pertandingan bola yang kerap tengah malam. 


Tapi untuk in depth bicara intens tiap minggu soal persepakbolaan ya semenjak pacaran dan menikah dengan Suami. Dia yang makin menceburkan saya dalam dunia collecting per-jersey-an.


Jujur, saya hanya suka club Liverpool. Hal ini sejak tahun 2000-an. Lalu untuk Piala Dunia, saya hanya mendukung Jerman. Sudah. Tidak ada opsi lainnya, sehingga saya tidak riweuh bicarakan club selain Liverpool dan timnas Jerman.


Tapi sejak 2012, saya ada alasan untuk bicara soal Barcelona sebagai secondary club favorit. Saya selalu senang jika Barça menang, lalu turut sedih jika kalah dari club lain. Euphoria yang ditularkan suami memang sangat berefek hingga saat ini.


Intinya, hari ini.. saya merasakan patah hati ketiga kalinya. Bukan karena orang spesial yang ada di Inner circle saya. Tapi karena pemain bola yang saya dan suami kagumi.

Sunday, February 14, 2021

Penting Nggak Pentingnya Hari Kasih Sayang

Pembahasan soal ini biasanya diulas oleh remaja atau anak baru gede alias ABG yang baru merasakan rasa suka dengan lawan jenis dan ingin mendapat kasih sayang. Kebetulan saat saya remaja, hari kasih sayang ini saya lewatkan bersama sahabat bukan pacar. Karena pacar saya saat itu tidak ada yang suka merayakan hal tersebut, ada yang merasa haram bukan bagian dari agama yang kami anut, lalu ada juga yang beralasan karena tidak punya uang jadi untuk apa beli hadiah seperti bunga atau cokelat yang ujungnya akan dibuang juga tak bersisa. Kalau dipikir-pikir, iya juga sih. Nggak penting-penting amat. Haha

Tapi semenjak pacaran dengan Paksu. Dia memang tidak suka merayakan hari kasih sayang. Karena tiap hari juga katanya jadi hari sayangnya dia ke saya. Huahaha ngomongnya sih bukan orang romantis, tapi ucapannya romantis banget. Suseehh buaya.. (Uups, ndak kok. Paksu bukan Buaya, tapi Pakaya.)

Intinya, kalau Valentine, yang kami lakukan itu adalah kencan. Kami pastikan untuk jalan bareng berburu promooo! Haha tentunya inisiatif ini saya yang cetuskan. Berawal dari cari info di sosial media, ada tenant restaurant yang publish promo valentine untuk makan berdua, ya kami hunting deh cari makanan enak dan murah meriah. Tidak salah dong, berbagi kasih sayang dengan pasangan dengan makanan yang memang kami suka dan harganya murah pula.

Sebetulnya tidak hanya berburu makanan enak yang murah, kami juga suka cek sale di toko baju dan sepatu. Biasanya ada saja promonya. Itu sangat menguntungkan untuk kami. Seperti menjelang pernikahan. Kami menikah pada April 2016. Nah, dua bulan sebelumnya kami hunting isi keranjang seserahan. Seperti peralatan make up dan mandi untuk saya, yang ternyata sale 50%. Haha menguntungkan bukan? Intinya, banyak marketing dari brand terkenal meraih simpati masyarakat karena promo yang sangat menggiurkan di beberapa waktu terpilih seperti Hari Kasih Sayang alias Valentine pada 14 Februari.

Lalu hari ini apakah ada promo yang saya buru? Oh tentu tidak. Hari ini Paksu masuk kerja dan bekerja di rumah alias WFH. Jadi kami merayakan duluan dengan tawaran promo yang berlaku sejak 12-14 Februari 2021. Kebetulan dua hari lalu Chinese New Year. Jadi lumayan banyak tenant yang sudah gelar promo. Jadi, apa saja yang kami dapatkan di Valentine tahun ini:

1. ALFAMART - Silverqueen Chocolate. Beli 2pcs seharga 30k dapat free 1 lagi. (Saya belanja di Alfamart Cisarua 13/02/21)
2. BAKMI GOLEK - Promo Duet Bakmi dan Lemon tea 30k (Jajan di BaGol Cisarua 13/02/21)
3. BLIBLI - Okamoto Condoms. Promo 50k dapat 2 pax isi 3pcs dan 2 pcs yang 003 dan 001. (Belanja 12/02/21)

Betapa bahagianya saya dan suami karena tetap berhasil merayakan promo di hari kasih sayang. 

Semoga hari ini dan hari hari berikutnya bisa terus memberikan kesan baik untuk kita semua. Aamiin.

:) Happy Valentine's Day! Selamat berburu promo menarik yang menunjang kebutuhan kamu.

Saturday, February 13, 2021

Seks Saat Hamil? 21+ Ya!!!

Wah pembahasan kali ini bakalan seru nih. Haha Saya sudah lama ingin bahas ini tapi tidak sempat-sempat. Selain karena ini pembahasan sensitif dan terkesan tabu di Indonesia tapi harusnya dibahas dengan gamblang. Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada perempuan yang hamil dan pasangannya yang ingin berhubungan seks. Tema menjelang Valentine nggak apa-apa ya bahas soal seks. haha kalau bisa 21+ ya yang baca. Karena bakalan blak-blakan nih yang saya bahas.

Saya dan suami sejak awal menikah memang tidak merencanakan kapan harus punya anak. Jadi kami berserah saja pada Tuhan. Dikasih cepat ya bersyukur, nanti nanti juga nggak apa-apa. Ternyata satu bulan menikah kami diberikan kesempatan untuk jadi calon orang tua. Padahal, lagi asyik pacaran halal. Haha

Setidaknya, sejak hari pertama menjadi suami istri itu jadwal berhubungan kami relatif sering. Norak mungkin, tapi ya namanya juga manten anyar. Bawaannya pengen mashoook terus. Kemana-mana juga nempel kayak perangko. Tapi jangan salah, semua itu berubah saat saya tahu kalau sudah berbadan dua. Kebiasaan kami itu mulai berubah. Entah hormon yang mempengaruhi atau memang psikis saya yang kaget karena badan ini mulai punya penghuni lain. Intinya, rasa ingin berduaan sama suami itu berkurang.

Jadi solusinya gimana? Ya penetrasi di tempat lain kan bisa. Nggak harus di lubang itu kan. Bukannya saya mengajari hal aneh selain hubungan suami istri normal ya. Kalau perempuan lagi nggak nafsu gimana dong. Cari jalan lain, seperti oral atau touch skin to skin saja. Untungnya Paksu ikhlas melakukan hal itu. Sebetulnya kelihatan tidak ikhlas-ikhlas banget sih, hanya saja dia kasihan lihat kondisi saya yang sempat flek darah karena aktivitas lain. Tapi setidaknya, saya tetap memberikan kepuasan pada suami. Toh, yang penting kita berkompromi mau melakukan apa dan seperti apa kan. Kuncinya ya komunikasi.

Lalu, masa sih nggak senggama selama 9 bulan? Tentu tidaakkk. Saya pun tak tahan, haha karena merasa makin sexy jadinya Woman On Top menjadi solusi. Perut semakin membesar tapi libido tak tertahan. Dokter mengatakan aman, ya gas lah! Itu terjadi saat trimester kedua. Jadi selama trimester satu, Paksu harus sabar menahan itu semua dan dia tuangkan semua pada waktu yang tepat. Haha salah satu nikmatnya seks saat hamil itu belajar sabar dari segala aspek.

Nah, sebetulnya saya ingin sekali bilang bagaimana cara Kanya bisa lahir dengan cepat sesuai harapan Dokter SPOG yang periksa di 36 weeks. Saya mengikuti saran bidan yang menjadi sopir grabcar saya saat perjalanan pulang dari rumah mertua ke kos-kosan saya dan paksu. Dia mengatakan, kalau saya ingin cepat melahirkan tidak 40 minggu ya berhubungan seks saja dan jangan lupa untuk keluarkan air mani di dalam jangan di luar karena itu bisa memicu kontraksi. Nah kontraksi tersebut bisa digunakan untuk membuka jalan lahir si bayi.

Daannnn, saya praktekan itu semua pada malam minggu setelah paksu pulang kerja dan kami menonton tayangan siaran langsung pertandingan Liverpool - Swansea. Karena hasil yang tidak memuaskan didapatkan The Kop, saya langsung merengek minta ditiduri oleh paksu. Haha aneh ya, dimana-mana kalau menang bisa meminta hadiah, ini tim favorit kalah malah milih hadiahnya. Ya intinya, seks di trimester akhir bisa membuahkan hasil yang baik untuk keluarga saya. Karena bisa mengeluarkan Kanya dengan bobot 2,9 kg. Karena diperkirakan oleh dokter jika dia 40 minggu atau lebih, berat badannya bisa diatas 3 dan saya kemungkinan besar tidak bisa melahirkan normal karena saya pun naik 20 kilogram dari berat badan sebelum hamil.

(lanjut nanti ya untuk hamil saat ini. Belum masuk trimester dua soalnya, jadi belum bisa cerita banyak)

Inti dari tulisan ini, saya merasa harus sharing terkait wajarnya nafsu berhubungan pada perempuan yang sedang hamil itu berbeda tiap trimesternya. Kadang nggak mood, tapi bulan berikutnya mood banget. Jadi intinya komunikasikan semuanya pada pasangan. Agar tidak ada tuh masalah pasangan direbut orang lain saat sedang hamil. Parahnya kalau sampai si pasangan cari pelampiasan lain karena pasangannya tidak bisa memberikan kepuasan. Karena menurut saya, kepuasan itu bisa dikompromikan bagaimana bentuknya. Seks itu tidak cuma berhubungan badan. Ngobrol intim dan sentuhan tangan pasangan di tubuh juga bagian dari itu kok. 

Intinya, mau pria atau perempuan yang lagi kesal pasangannya tidak mood berhubungan, mohon banget untuk sabar dan banyakin ngobrol maunya gimana. Sama sih ini kayak minta pengertian ke pasangan kalau mood kalian lagi drop. Hanya saja ini spesifik temanya terkait kepuasan dalam bercinta.

Friday, February 12, 2021

Berat Badan Turun Saat Hamil

Selamat akhir pekan, ya hari ini merupakan bagian dari libur tahun baru Imlek. Bersyukur suami saya hari ini libur. Tapi karena rumah kami dekat dengan kota Hujan, kebagian deh merasakan aturan lalu lintas kendaraan plat ganjil genap yang akan diterapkan tiap akhir pekan.

Sebenarnya yang saya mau ceritakan hari ini bukanlah persoalan ganjil genap yang sedang disosialisasikan tiap akhir pekan. Saya akan bahas kesehatan diri saya saat menjalani kehamilan anak ke-2 sejak November 2020. 

Baru kali ini saya blak-blakan terkait kondisi saya. Di sosial media lain, saya tidak suka membeberkan masalah kesehatan diri dan keluarga. Karena merasa tidak penting juga cari perhatian orang lain dari kondisi diri yang lagi drop. Dibanding share di sosial media seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter. Urusan kesehatan saya lebih suka di Blog dan Chat Group ke keluarga atau komunitas buibu yang memang concern mendengarkan keluhan dan kadang memberikan solusi. Karena kalau urusan kesehatan itu support moril lebih dibutuhkan daripada materiil.

Nah, mungkin pernah saya bahas saat saya di support Clover Honey oleh Komunitas HEI! pada November  tahun lalu. Sejak saat itu, saya jadi makin rutin untuk cek berat badan dengan timbangan yang saya beli saat pindahan rumah. Juga selalu pakai smart watch untuk pantau health yang dapat terekam oleh gadget tersebut.

Hasilnya, berat badan saya merosot tajam. 

November berat badan saya hampir sama dengan Paksu, berkisar 75 kilogram. Lalu, saat Desember 2020 pertama kali cek di timbangan rumah sakit tempat saya cek pertama kehamilan turun dua kilogram. Januari saat anak saya juga turut menimbang berat badan tepat hari ulang tahunnya, berat saya 71 kilogram. Lalu, minggu lalu saat saya memberanikan diri untuk cek hamil di Puskesmas dekat rumah, berat badan saya 69 kilogram. 

Saya harus bagaimana?

Bidan yang periksa kehamilan saya bilang itu hal yang kurang baik. Asupan gizi saya perlu dikaji ulang. Seharusnya berat badan stabil atau naik itu yang baik. Jika terus turun, bidan takut gizi anak yang saya kandung tidak sesuai standar. Sempat diberi solusi untuk konsul ke konsultan gizi Puskesmas. Tapi jadwalnya belum dapat. Semoga saja saya bisa konsultasi secepatnya.

Sebetulnya, saya pribadi memang merasakan perbedaan nafsu makan saat hamil anak pertama. Saat itu saya rakus sekali. Bawaannya mau ini itu, pesan apa saja dan kebanyakan memamg junk food dan kudapan manis. Hamil sekarang, maunya malas-malasan saja. Seperti kehilangan nafsu makan. Kadang saya sendiri merasa, makan itu sebuah kegiatan yang harus dipaksakan jika mood datang. 

Saya juga takut ini bagian dari psikis. Walau saya tidak tahu bagian mana yang membuat tubuh saya merespon dengan mengurangi nafsu makan saya. Intinya, saya sudah berupaya untuk menambah selera makan dengan pesan makanan frozen food dari restoran favorite saya di Ibu Kota. Setidaknya tastenya sama gitu dengan yang saya suka pesan waktu hamil anak pertama. Tapi, ya hanya sekadar senang saja melihat bentuk makanan tersebut, saya sajikan tapi tidak saya makan. 

Doakan saya ya agar menambah nafsu makan dan tidak kekurangan gizi untuk bayi yang ada di kandungan saya ini. Aamiin.

Tuesday, February 9, 2021

Berharap Keajaiban Tetap Masuk Ke Rekening

Mungkin bagi pembaca tulisan saya sebelumnya telah mengetahui kalau saya mendapatkan beberapa Give Away dari aplikasi. Tapi sayangnya, hadiah yang diberikan tidak bisa saya nikmati dan akhirnya hangus begitu saja. Tulisan saya kali ini akan bercerita hal serupa. Hanya saja, hadiah kali ini berupa uang tunai yang tidak sampai-sampai di rekening Bank Mandiri saya.

Saya memang mempunyai beberapa beberapa rekening Bank di Indonesia. Tujuan tiap rekening tersebut berbeda. Jujur saja, Bank Central Asia (BCA) menjadi Bank utama saya untuk pendapatan seperti gaji dari pekerjaan freelance dan transferan suami. Lalu, Bank Mandiri untuk penerimaan bonus side job, transferan dari saudara yang ingin memberikan bantuan kepada saya dan anak saya, dan hadiah dari give away yang beberapa kali saya menangkan. Sehingga, perputaran uang di tiap rekening itu jelas dan bisa saya pertanggungjawabkan jika ada kesalahan transfer dan kebutuhan mutasi.

Kali ini, saya akan bercerita tentang kemenangan saya dalam sebuah misi giveaway yang diadakan dalam aplikasi TikTok oleh sebuah perusahaan teknologi. Gelaran ini diadakan pada November 2020. Hanya 22 orang yang akan terpilih untuk mendapatkan @Rp 500ribu belum dipotong pajak. 

Pada Desember 2020, pengumuman pemenang di follow up di Direct Message aplikasi. Lalu berlanjut di aplikasi instan message Whatsapp. Saya sangat senang, merasa beruntung diawali rasa iseng ikut giveaway dari produk yang dibeli suami pada promo 11.11 sampai saya buat akun untuk pertama kali di aplikasi TikTok.

Ternyata proses pengiriman hadiah tidaklah cepat. Notifikasi dari akun penggelar giveaway itu dikirim pada Selasa, 5 Januari 2021. "Hai ka silakan melakukan pengecekan mutasi rekening nya ya, sudah kami proses ka :) Nominal yang ditransfer sudah kami kurangi dengan pph 21 sebesar 2,5% untuk npwp dan 3% untuk non npwp ya ka.. Selamat sekali lagi 🙏".

Wah, senang bukan main saya membaca pesan singkat itu. Segeralah saya cek berkala sampai 1x24 jam di aplikasi mobile Bank Mandiri. Tapi tidak ada pengiriman sejumlah Rp 485rb. Pada 6 Januari 2021, pihak penyelenggara itu mengirimkan bukti transfer. Tapi setelah saya teliti tulisan dalam blanko validasi pengiriman uang tertulis nama saya K SABTUNIRA. See, nama blog saya saja SABTURINA bukan SABTUNIRA. Nama siapa itu yang tertulis di kolom validasi?

Saya sudah meminta pihak penyelenggara giveaway itu untuk cek kembali ke Cabang Bank tempat dia mengirimkan uang. Karena hadiah tersebut tidak sampai ke rekening Bank Mandiri saya sampai saat ini. Tapi pihak penyelenggara hanya terus menjawab dan chat terakhir pada Senin, 1 Februari 2021 dengan kalimat:

"Mohon maaf ka dari tim kami yakni finance dan opration belum bisa menemukan kendala kenapa hadiahnya belum masuk ke rekening kaka :? karna untuk pemenang yang lain sudah menerima, kami akan bantu pengecekan kembali ya ka dan akan kami bantu follow up kembali 🙏".

Sedih nggak sih. Uang segitu tuh besar. Kalau nyangkut di Bank kan sayang saja. Saya kecewa pihak penyelenggara tidak follow up sampai saat ini. Saya sempat merasa lebih baik saya bukan pemenangnya sehingga uang tersebut bisa dipakai orang lain yang lebih membutuhkan. Saya juga sudah memberikan mutasi rekening selama bulan Januari 2021 untuk pembuktian bahwa saya belum menerima hadiah tersebut. Lalu saya juga banyak bertanya kepada teman saya yang bekerja di Bank BCA dan Bank Mandiri terkait kesalahan nama di form setoran tunai dan nama validasi yang salah ketik. 

Jawaban dari teman-teman saya hanya satu, pihak pengirim harus follow up lagi ke Bank tempat dia mengirim uang. Karena ada kemungkinan uang yang dikirim tertahan karena kesalahan data penerima dan harus di validasi ulang. Sistem Bank Indonesia menolak kesalahan data karena metode pengiriman yang dipilih adalah Sistem Kliring Nasional (SKN) dimana data penerima harus sesuai yang tercatat di BI.

Hingga tulisan ini tayang di blog saya, tidak ada follow up lagi dari pihak penyelenggara giveaway yang saya menangkan itu. Sedih sih, uang tersebut bisa saya gunakan untuk membeli lemari belajar anak saya. Saya memang sudah niat untuk membelikan anak saya lemari dari uang tersebut. Sedih.

Jika ada yang mengalami hal serupa, bisa kah anda membantu saya selain saran dari teman saya yang bekerja di Bank diatas? Terima kasih.

Wednesday, January 20, 2021

Curhat MakEmak Membasmi Tikus

Postingan kali ini mungkin kurang berfaedah ya. Karena isinya lebih ke curhatan saya sebagai ibu rumah tangga yang lagi kesal dengan makhluk hidup bernama Tikus. Kesal bukan main. Dus isi buku bacaan saya sejak remaja, habis digigit oleh dia. Oh my, kalau bukan karena kemalasan diri ini, sudah ingin ku tebar racun tikus di kamar belakang rumah tempat bersemayam buku-buku yang memang belum punya tempat untuk tinggal. 

Jika memang diizinkan, saya meminta saran kepada pembaca blog ini. Bagaimana cara membasmi tikus tapi tidak membunuhnya. Jadi cara jebak gitu lho maksudnya. Karena sebelumnya, saya dan suami sempat menjebak tikus yang ternyata menjadikan ember sebagai sarangnya. Nah, karena ember tersebut bisa ditutup, saya dan paksu menutupnya sambil bawa ke luar rumah. Lari kocar kacir lah itu tikus. Sehingga saya dan paksu tidak membunuhnya, hanya mengusir dari dalam rumah. Ternyata, setelah itu, ada lagi tikus yang berkeliaran.

Saya merasa jadi tidak bergairah tiap masuk kamar belakang yang menjadi sarang tikus yang baru. hiks. Bawaannya pengen ngomel, tapi takut jika melihat tikusnya sendirian. Mau ajak suami, beliau juga tidak mau membunuh tikusnya. Ah, serba salah...

Mohon bantuannya ya. Bagaimana cara yang efektif. Fyi, saya juga sudah menggunakan bawang-bawangan. Tapi tidak mempan. Lalu, wangi-wangian yang disemprot-semprot. Sepertinya malah membuat si tikus makin nyaman di dalam kamar. huhu

Jika memang saya sudah bisa mengusir tikus tersebut, saya akan update disini bagaimana cara saya menanggulanginya. See you...

Friday, December 18, 2020

Makin Tua, Makin Sedikit Punya Teman

Banyak yang bilang berteman lebih dari 7 tahun akan bisa membuat dua orang atau lebih bisa menjadi sahabat. Tapi, menurut saya tidak demikian. Saya berteman dengan banyak orang tapi tidak ada yang bisa saya sebut sebagai sahabat? Benarkah demikian?

Menurut saya, bukan karena jumlah tahun bersama. Tapi waktu berkualitas yang bisa dihabiskan bersama. Sekalipun berteman baru 1-2 tahun, bisa saja orang tersebut sudah bisa dibilang sahabat sebenarnya.

Jujur, saya tidak ada teman dekat sejak kecil. Tapi ada orang yang saya percaya saat SD, SMP, SMA, maupun saat KULIAH dan KERJA. Jadi, bisa dibilang, sahabat saya sebetulnya ada banyak. Versi saya. Tapi saya tidak tahu versi mereka, apakah menganggap saya sahabat atau hanya teman yang kebetulan dekat dan sedang satu misi. Malah bisa jadi, ada teman yang saya anggap biasa saja tapi dia menganggap saya sahabatnya. Bisa saja kan! Hati manusia tidak ada yang bisa menebak selama sesama manusia. Hanya Allah yang bisa membolak balikan hati Makhluk-Nya.

Sebenarnya apa sih yang mau saya tuliskan disini? Saya juga tidak begitu paham. Hanya saja, saya ingin sekali melimpahkan apa yang saat ini sedang saya rasakan. Tentang "persahabatan" sebetulnya itu nyata. Hanya saja, tidak ada yang tahu kapan itu bisa bertahan dan akan berakhir cepat atau lambat.

Saya pun pernah merasakan indahnya dikelilingi teman-teman saat suka dan duka. Terutama saat saya kehilangan orang-orang yang saya cintai saat itu. Tapi saya belajar, bahwa menerima kenyataan bahwa kita seorang diri di dunia itu adalah hal nyata. Satu manusia itu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya di dunia seorang diri saat after life. Tidak mungkin saya melimpahkan kesalahan pada orang lain padahal saya yang melakukannya. Hehe.. absurd sih tulisan saya ini.

Intinya, saya pribadi tidak pernah mengandalkan orang lain untuk berbuat baik kepada saya. Saya hanya ingin memberi yang terbaik untuk orang lain tanpa berharap balasannya. Saya tahu, orang yang saya maksud bisa mengerti tulisan ini dengan baik.

Terima kasih.

Sunday, May 31, 2020

IRT Juga Harus Update Berita, Dong!

Sejak berhenti kerja sebagai kontributor di media komunitas pada pertengahan 2017, saya jarang membaca atau menonton berita. Apalagi sempat merasa tidak berguna sebagai lulusan sarjana ilmu komunikasi yang akhirnya stay at home.


Kalau kata tante dan mertua, perempuan yang sudah menikah dan punya anak itu nasibnya ya balik ke dapur urus rumah tangga. Mau sekolah tinggi juga paling cuma nambah gelar saja di depan atau belakang nama. Sehingga, saya sempat termakan ucapan tersebut dan minder mau berbuat apa dalam kehidupan sehari-hari.


Untungnya saya tak lama bermuram durja. Bersyukur saya punya suami yang sigap menjaga kewarasan istrinya. Dia mengizinkan saya untuk mengikuti saringan CPNS 2017-2018-2019. Menurut dia, kalau saya merasa mampu untuk mengurus keluarga sambil bekerja, kenapa tidak dilakukan. Setidaknya, jika saya berkerja saya dianggap akan dapat hiburan diluar rumah dan kembali bahagia saat di rumah lalu berkumpul dengan keluarga.


Alhamdulillah, awal saya coba CPNS di 2017, lolos di tahap pemberkasan online. Hanya saja, saya kurang teliti melihat jadwal pengumpulan berkas fisik. Sehingga saya terlambat menyadari kalau saya lolos dan harus kumpulkan berkas. Saya sadarnya, saat sudah masuk di hari terakhir harus datang ke lokasi yang ditentukan. Jadi, bye bye deh kesempatan saya jadi calon pekerja yang digaji rakyat.


Belajar dari pengalaman, akhirnya saya mulai fokus cari informasi terkait CPNS dari situs berita yang ada di Indonesia. Saya memantau sejumlah media online besar terkait isu CPNS. Saya  bookmark sejumlah website media online di browser laptop dan ponsel. Lalu saya juga download aplikasi kantor berita yang memiliki peramban lunak.


Salah satu situs yang menurut saya kompeten dan jelas dalam menuturkan info dan berita tentang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ya kumparan.com . Saya mengetahui cara registrasi, info instansi pemerintah apa saja yang membuka lowongan, sampai jadwal batas akhir dan pengumuman lolos tiap instansi. Saya senang sekali memantau berita update dari Kumparan.


Sampai akhirnya, tiap pagi dan malam hari menjadi jadwal saya sarapan berita dari situs kumparan.com . Fokus saya membaca berita tidak hanya mengenai CPNS. Tapi jadi membaca kanal lainnya. Di CPNS 2019, saya gagal di tes CAT. Nilai saya lolos tes tapi hanya masuk peringkat 20 besar. Sedangkan yang diterima 3 terbaik.


Suami saya terus mendukung kebiasaan saya yang terus memantau berita. Menurut dia, saya tetap harus update tentang apa saja. Sehingga tidak seperti katak dalam tempurung. Hanya berkutat di rumah dengan obrolan seadanya tanpa informasi terbaru tentang kota, dalam dan luar negeri. Setidaknya saya disadarkan olehnya, kalau saya punya potensi untuk punya kesibukan dirumah walau tidak berstatus pegawai kantoran.


Oh iya, saya juga mau menjelaskan keterlibatan kumparan dalam hidup saya setelah saya gagal CPNS 2019. Akhinya saya join jadi temankumparan. Saya ikut whatsapp grup dengan tema MOM, Travel, dan Tekno. Ya! Tiga kanal tersebut sangat menarik untuk diikuti.


Sebagai ibu dari satu anak, saya perlu informasi terkait MOM. Travel sangat saya sukai karena sudah lama sekali saya ingin berkeliling dunia. Setidaknya, dengan membaca saya jadi tahu di daerah tersebut ada potensi alam apa. Lalu kanal tekno, sangat saya gemari. Apalagi jika membahas software baru atau ponsel anyar. Wah ini sangat penting untuk pembahasan saya dan suami saat pillow talk.

Saturday, April 25, 2020

Pengalaman Urus Anak Idap Bronkopneumonia (1)

Tema kali ini berkaitan dengan kondisi yang dirasakan manusia di Bumi. Serangan dari Virus SARS-COV 2 ini membuat semua belahan dunia panik. Saya tidak mau turut pusing dengan pembahasan pandemi ini bagian dari Teori Konspirasi yang direncanakan oleh sekelompok orang berpengaruh kuat. Intinya, saya cuma berharap kondisi dunia membaik.

Saya sendiri sudah cukup pusing mengurus anak saat Januari 2020. Harusnya kami bisa liburan untuk merayakan ulang tahun ketiga dengan suka cita. Tapi kami harus melakukan hal yang sebaliknya. Anak saya harus dirawat di rumah sakit karena diagnosa bronkopneumonia. Panik bukan main karena gejalanya menurut saya tiba-tiba. Sekarang, saya cerita tentang pengalaman saya merawat anak saya ya. Jujur, menurut saya gejalanya mirip dengan Covid19/

Berawal dari anak yang malas bangun tidur pagi pada hari Minggu (05/01/2020). Biasanya dia semangat untuk nonton kartun sesuai jadwal tayang. Diajak main bola dan berlari juga tak semangat dan lebih banyak diam dan duduk. Makan juga tidak napsu. Memilih makanan, tapi sesudah diambil dan disuapi hanya makan satu atau dua suap. Saya pikir dia lagi Gerakan Tutup Mulut (GTM), tapi melihat dia meminta bukanlah GTM.

Awalnya saya tidak merasa ada yang aneh karena dia masih biasa berceloteh dan bermain puzzle atau masak-masakan. Meminta saya menjadi partner mainnya. Hanya saja saya melihat anak saya malas gerak, hal itu mengidentifikasi dia tidak baik-baik saja. Benar saja, siang hari mulai demam dengan suhu diatas 38 derajat celcius. Semakin memburuk sampai hari Selasa. Saya paksakan datang ke dokter spesialis anak subbidang neurologi. Karena anak saya pada senin malam sempat panas mencapai 40. Saya takut syarafnya kena karena suhu yang terlalu tinggi.

Setelah dari dokter, hasil darahnya menandakan dia ada infeksi virus dan bakteri. Bukan Dengue atau Typhus. Karena semuanya saya minta periksa, padahal saat itu asuransi kesehatan dari kantor suami sedang bermasalah. Amplop uang darurat mau tidak mau harus terbuka dengan aliran yang besar. Tapi balik lagi, urgensi seperti inilah gunanya si uang darurat.

Dokter hanya bilang, anak saya harus banyak istirahat, tidak ada radang, berarti dia bisa makan apa saja tanpa pantangan. Diberi obat dan disarankan untuk kembali dalam tiga hari jika tidak membaik. Malam hari, anak saya masih demam tapi tidak tinggi.

Pagi di hari Rabu, satu-satunya yang dimakan anak saya dari hari Minggu tidak makan normal adalah Ayam Golden Aroma dari A&W. Dia lihat iklan yang menayangkan ayam tepung. "Ma, aku mau Ayam." Langsung saya cari pilihan pesan makan dari aplikasi ojek online. Paling dekat ya si A&W, tak sampai 15 menit ayam datang, anak saya makan semuanya dari kulit sampai daging dan sisa sedikit saja daging yang menempel di tulang. Senang bukan main. Badannya juga terlihat lebih fit. Kami bermain di luar rumah, berlarian. Tapi masih lemas. Malam hari, suhunya mencapai 40,3 derajat celcius. Anak saya sudah tidak respon saat saya bangunkan. Sesekali dia terlihat seperti kaget dan sek-sekan (seperti sesak efek menangis tersedu-sedu). Suami saya sudah merasa ini hal yang tidak beres dia segera beli Ibuprofen Supp. Suhu badan langsung turun.

Kamis pagi, normal seperti tidak ada apa-apa semalam. Dia bangun pagi, tapi terlihat matanya sayu. Saya suapi telur ceplok dia mau sampai 2 suap saja. Lalu lanjut tidur saat menonton kartun kesayangannya.

Sampailah saya di Jumat, hari ketiga dari visit dokter. Keadaan anak saya memburuk. Sangat tidak biasa responnya saat saya ajak ganti diapers dan baju karena suhu badannya yang tinggi menyebabkan keringat terus membasahi bajunya. Sudah lapor ke suami, dia bilang oke untuk bawa lagi ke dokter. Kami sebelumnya sepakat untuk meminta dokter merawat anak kami di rumah sakit. Minimal ada asup makanan yang masuk ke tubuhnya karena lemas sejak Kamis siang.

Benar saja, malam itu anak saya tidak merespon semua pertanyaan dari dokter. Terlihat lemah dan lesu sekali. Dokter meminta saya dan suami untuk bawa anak ke lab untuk periksa darah lagi. Kali ini list  yang harus diperiksa banyak sekali. Saat sudah ambil darah dan menunggu hasil. Suami berinisiatif mengajak saya makan di foodcourt. Kebetulan sekali ada gerai A&W (fast food favorit saya sejak kecil). Ponsel saya berdering, dokter menelpon agar saya segera kembali ke ruangannya tanpa harus membawa hasil lab. Suami yang sedang menunggu pesanan makanan meminta saya pergi lebih dulu ke ruang poli anak.

Agak kaget sebetulnya, dokter tersebut meminta anak saya untuk rawat inap. Lalu menjadwalkan untuk rekam thorax. Ia menduga anak saya mengidap bronkopneumonia. Dia bilang penyakit itu sedang menjadi perbincangan antar dokter di beberapa rumah sakit dan tidak hanya di Indonesia. Jujur saya dan suami juga tahu soal pneumonia Wuhan yang ciri-cirinya hampir sama dengan anak saya.

Tak pakai lama, saya dan suami setuju untuk rawat inap. Suami juga sudah siap meminta surat jaminan rawat inap dari kantornya. Jadi, suami langsung mengurus administrasi dengan segala drama uang jaminan rawat yang kami lupa bawa. Bermalamlah malam itu saya di rumah sakit. Suami saya tidak menginap karena ruang rawat yang tidak memungkinkan untuk dua penjaga pasien.

Sabtu pagi, saya dan suami mengantar si anak periksa ke laboratorium radiologi. Lalu hasil radiologi dikirim ke ruang rawat inap pada malam hari, sehingga saat dokter visit ke ruangan hasilnya belum bisa dilihat. Kondisi anak saya memang lebih baik. Tapi masih lemas dan batuk yang sesekali berbunyi 'mengik'.

Minggu pagi, dokter datang membawa foto thorax. Saya dan suami pun mendengarkan diagnosa dokter. Fix, anak saya mengidap bronkopneumonia. Terdapat flek putih di bagian batang paru-parunya. Jujur, saya sempat shock saat mendengar hal itu. Dokter bertanya beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan outdoor kami selama satu bulan terakhir. Ia menyarankan anak saya untuk rawat inap sampai hari Selasa. Alasannya agar bisa terpantau dan bisa di nebu untuk mengencerkan slem yang ada di paru-paru tersebut.

Seingat saya, dokter tidak meresepkan antibiotik. Vitamin dan beberapa obat saja, salah satunya obat batuk hitam. Saran dari dokter hanya jaga kondisi si anak jangan sampai drop lagi. Jadi di rumah sakit ya cuma numpang tidur, makan dan minum dengan jadwal yang sudah ditentukan.


Thursday, April 23, 2020

Urus Anak? Siapa Yang Pusing?

Setelah tiga tahun mengurus anak sendiri, akhirnya saya tahu sulitnya mama mengurus saya. Tidak banyak pilihan untuk orang lain mengurusnya karena saya sudah sah menjadi full-time mom. Jadi tidak mungkin saya pekerjakan orang lain, karena saya saja tidak punya pekerjaan tetap. Alhasil ya saya kerja serabutan sekaligus mengurus anak.

Perdana jadi ibu, drama kumbara juga terjadi pada saya. Kesulitan berkomunikasi dengan suami, jadi makan tiap hari dan waktu. Bawaannya mau gigit dan garuk-garuk tembok kalau lihat suami santai di rumah. Pengennya berbagi pekerjaan rumah saja. Padahal dari awal kami menikah sudah tahu tabiat masing-masing. Kebetulan suami saya bukan tipe yang aktif mengerjakan pekerjaan rumah. It's a fact. Tapi dia rajin mengirim uang ke rekening saya kalau melihat istrinya cemberut karena kurang tidur. Haha Nggak jadi marah deh sama dia. (Love You, Sayang!)

Oh iya, pertama kali anak sakit juga kami berdua pusing. Bukan cuma saya yang tiap hari bersama si anak, suami pun turut bingung antara pergi bekerja di kantor atau bekerja mobile sambil menemani saya mengurus si anak hingga membaik. Beruntungnya, suami saya bekerja di bidang kreatif yang (terkadang) tidak mempermasalahkan dia bekerja darimana (tapi harus sedia laptop dan sambungan  lancar internet). Intinya sih yang penting menghasilkan cuan walau tak ke kantor. Jadi, dia tetap bersama saya walau tetap bekerja di depan laptop. Setidaknya kehadirannya selalu ada walau kadang bikin kesel (dikit saja kok).

Hari pertama anak saya di rawat lagi di rumah sakit setelah extend 3 hari setelah saya sudah boleh pulang dari ruang rawat bersalin itu, si bocil usia 10 hari. Kebayang kan paniknya kayak apa waktu itu. Baru jadi emak-emak dengan drama per-susu-an. Galau mau kasih susu formula atau full ASI. Eh, si bocil malah sakit yang harus di opname.

Gagal sudah mau foto cantik si anak untuk upload di Instagramnya dia yang saya sengaja buat 10 jam setelah melahirkan. Buyar semua rencana emak emak gatel pengen belanja perintilan ini itu yang unyu, eye catching, dan makan enak untuk nyemil (eh).

Intinya, pengalaman saya ini cuma untuk sharing. Saya bersyukur punya suami yang selalu ada. Walau kadang tidak tanggap bantuan, tapi kalau diminta dia tidak bawel. Dia tahu bagaimana memperlakukan saya sebagai istrinya. Walau kadang suka bikin saya nangis karena salah paham. Dia juga cepat minta maaf dan membelikan saya something yang memang idaman saya.

Kelihatannya saya gampang banget dibujuk rayu ya. Hehe kebetulan sih emang iya. Senang saja jadi orang yang nggak ribet. Walau terkadang pemikiran saya dan suami tak sejalan. Kami tetap saling support. Tiap ada kesempatan juga masih sering cuddling kok. Waktu si anak under 6 month itu rewelnya minta ampun, kami juga ada drama kalau lagi kangen berduaan. Saat saya capek, dia semangat. Saat saya sudah siap, dianya sudah merem. Kalau diingat lagi, kesel sih. Tapi ya sudahlah, saat ini kami sudah sadar kok. 

Akhirnya saya bisa mengucapkan kalau saya senang bisa mengurus anak saya. Walau tidak bekerja di kantor, saya masih bekerja selama 6 bulan dari rumah setelah lahiran. Setidaknya income saya masih lumayan untuk jajan makanan dan dapat komentar dari mertua "Jajan lagi?". Saya tidak menjawab tapi suami saya yang nyengir-nyengir di depan orang tuanya.

Oh iya, dari pemaparan saya diatas, terlihat kan kalau porsi suami dan istri saat mengurus anak itu sama. Galaunya emak dan bapak itu sebetulnya sama. Beda di sikap tegar. Saya sebagai ibu lebih menye-menye sih sebetulnya. Tiap saya sedih dikit mewek sampe sesenggukan. Saya melihat suami malah ikutan panik karena melihat istrinya nangis. Akhirnya, dia terlihat tidak fokus dengan kerjaannya. Setelah tiga tahun jadi ibu beranak satu, saya tidak lagi menangis saat anak saya sakit. Saya pura-pura kuat. Walau sedih sih melihat si anak tiap tahun ada saja presensi di ruang rawat rumah sakit.

Saya jadi mellow nih. Sudah dulu ya. Tapi sudah jelas kan ya, tidak ada orang tua yang tidak pusing saat mengurus anak. Suami atau Istri yang bekerja juga pasti pusing memecah konsentrasi saat mengurus anak dan pekerjaannya dalam satu waktu. Banyak-banyak bersyukur dengan apa yang sudah kita punya juga bisa jadi refleksi tiap ada waktu luang. 

Tuhan selalu punya rencana yang baik untuk ummat-Nya. Saya percaya itu.

Tuesday, April 21, 2020

Serba Serbi Cari Uang Dari Rumah

Halo, salam kenal. Sebetulnya saya sudah lama berkecimpung dalam dunia blog. Hanya saja belum berani publish seperti para blogger lainnya. Awalnya, tidak ada keinginan saya untuk mencari uang dari menulis di media sosial. Semua just sharing. Hanya saja, semakin tua umur saya dan kesempatan bekerja semakin kecil. Mau tidak mau saya mulai menggeluti hobi saya di rumah. Kutak katik ponsel, cari foto menarik lalu iseng edit pakai beberapa aplikasi agar eye catching.

Saya tidak akan bercerita jaman kejayaan saya mencari uang sendiri sebelum menikah. Karena menurut saya itu akan sama saja dengan orang lainnya. Lulus kuliah, coba apply pekerjaan sana-sini lalu di interview dan disuruh menunggu panggilan berikutnya. Lalu setelah HRD menelpon dan nego gaji, mulai bekerja. Kadang bagai kuda, kadang juga bak puteri tidur yang menikmati waktu libur dan tidak diganggu nomor telepon kantor yang menanyakan kapan saya akan kirim kerjaan agar masuk kuota harian.

Jadi, setelah menikah saya tidak memiliki pekerjaan tetap seperti sebelumnya. Kantor saya memberikan dispensasi saat saya hamil untuk bekerja dari rumah. Lalu tak lama anak saya lahir, kantor saya pindah dan tutup kuota untuk pekerja di Jakarta. Selesai sudah karir saya.

Uang transferan dari suami sudah lebih dari cukup dari pengeluaran saya per bulan. Hanya saja ada beberapa pengeluaran yang kayaknya lebih enak dikeluarkan dari kantong sendiri bukan dari orang lain walau itu memang hak saya menerima nafkah dari suami.

Semenjak kelahiran anak, saya jetlag. Ibu dan Bapak mertua punya kesibukan di warung mereka. Saya sempat terpikir untuk berdagang juga. Tapi saya tidak punya ilmu dagang. Walau Papa dan Mama dulu sempat punya warung makan, saya tidak banyak belajar dari mereka karena saat itu terlalu kecil dan tidak tertarik buka warung juga.

Akhirnya, saya putuskan untuk mencari pekerjaan dari menulis. Ya! Saya mulai bergabung dengan whatsapp atau telegram group terkait ibu-ibu produktif. Mulai dari kesamaan hobi, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan pertama saya setelah 4 bulan jobless.

Pekerjaan pertama saya adalah menulis artikel disebuah situs yang ditujukan untuk audiens perempuan. Situs tersebut ingin launching tapi belum punya konten. Jadi merekrut 100 ibu untuk menulis tentang parenting atau lifestyle. Untuk bayaran per orang dengan satu artikel sebesar Rp 100rb. Terlihat kecil jika dibandingkan gaji saya sebelumnya dan transferan dari suami. Tapi saya senang bukan main. Pekerjaan ini menjadi semangat untuk diri saya yang masih ingin berkarir dengan hobi dan menggunakan salah satu dari keahlian saya. Setidaknya ilmu selama saya kuliah bisa terpakai walau dengan bayaran seadanya.

Sayangnya, laptop suami yang saya gunakan untuk mencari pekerjaan lainnya rusak di bagian keyboard. Ambyar lah cita-cita saya memiliki quality time dengan laptop tersebut. Susah sekali bekerja menggunakan ponsel. Saya vakum dari dunia tulis menulis.

Tak hanya karena laptop rusak. Kesehatan anak saya juga perlu perhatian khusus. Obrolan emak-emak di Whatsapp group menjadi teman saya sehari-hari. Ikut diskusi dan event kuliah whatsapp. Lalu ada seorang teman yang bertanya "Mengapa kamu tidak mencari uang dari Instagram?".

Saya bingung maksud dari kalimat teman saya itu. Dia merasa, followers saya di Instagram terus bertambah karena banyak teman atau orang lain yang suka dengan foto atau informasi yang saya posting. Oh! Akhirnya saya mengerti maksud teman saya. Influencer itu datang karena disukai orang lain atas postingan yang bermutu. Kualitas dari tulisan di caption atau foto yang enak dipandang. Itulah kuncinya.

Karena sudah diberitahu akan hal itu, saya mulai merapikan feed instagram saya. Foto-foto saya re-upload dengan watermark copyright. Alasan saya melakukan hal itu karena tidak ingin ada yang menyalahgunakan postingan saya dikemudian hari. Setidaknya saya mulai menghargai hasil karya saya sendiri.

Sebelumnya, saya jarang memberikan apresiasi pada diri saya karena merasa useless. Tidak banyak berguna untuk orang lain. Tapi dengan berekspresi di sosial media dengan watermark atas nama sendiri, saya makin percaya diri.

Perkumpulan yang saya ikuti di Whatsapp group mulai berkembang. Tawaran menjadi campaign buzzer pun mulai datang. Seiring bertambahnya follower, pekerjaan ini semakin menarik. Akhirnya, jadilah saya sekarang. Mulai merapikan feed, menulis caption dengan baik akhirnya saya lakukan. Bukan untuk mencari uang saja. Kali ini saya ingin memberikan value dari branding diri saya sendiri.

Demikian cerita saya kali ini, untuk menulis dan cerita panjang memang tetap blog menjadi jawabannya. Saya sangat suka menulis pengalaman hidup. Mungkin nanti saya akan mulai menulis tentang keuangan dan parenting.

Semoga tulisan saya bisa diambil hikmahnya ya. Enjoy!

Secarik Kisah Makan Siang di Kebon Jati