Showing posts with label Bekerja Di Rumah. Show all posts
Showing posts with label Bekerja Di Rumah. Show all posts

Wednesday, December 16, 2020

Dapat Hadiah Voucher Hotel, Tapi... Bapuk!

Jadi, bulan September lalu, saya menang giveaway dari sebuah aplikasi gaya hidup berbayar. Ceritanya, sejak Mei 2020 saya mendapat hadiah produk kecantikan worth to 500k, lalu pada Juli 2020 dapat minuman kesehatan worth to 300k, nah, pada September dapat voucher hotel 200k dari sebuah situs pemesanan hotel yang mengklaim harga yang ditawarkan adalah termurah daripada situs lainnya. Validasinya paling lambat 31 Desember 2020.

Sebetulnya saya pun terlambat menyadari hadiah tersebut, saya baru tahu awal bulan November.  Itu juga karena teman ada yang bilang pernah lihat nama saya di aplikasi tersebut. Dia bilang "You selalu lucky, guys!". Alhamdulillah.

Nah, kebetulan karena saya dan keluarga saat ini sudah tinggal (lumayan) jauh dari alamat KTP. Jadi, berniatlah saya ingin mengunjungi Mertua yang tinggal di Jakarta. Sekalian liburan akhir tahun lah yaaa. Yaiyalah, gileee dapat voucher hotel masa' mau dilewatkan begitu saja. Rugi donggg!

Sudah senang dapat angin segar dari aplikasi tersebut. WOW! Lumayan nih bisa ajak mertua nginep di hotel. Karena mereka kan berdagang dari Senin-Sabtu. Nah, bisa kali liburan Sabtu-Minggu saja gitu jadi nggak ganggu jadwal dagang mereka, kan! Ya intinya dua hari ini Saya dan suami sudah itung-itung uang liburan kami untuk nginep satu malam di hotel terdekat alamat KTP kami itu.

PENTINGNYA BACA KEMBALI UPDATE DARI S&K KLAIM KODE VOUCHER!

Salah besar saya mengabaikan S&K pada saat mencoba klaim kode yang diberikan dari aplikasi yang menghadiahkan voucher tersebut. Ternyata updatenya adalah...

Voucher sejumlah 200k itu, tidak applied 200k (bulat bulat) dalam satu transaksi jika memang hotel yang dipilih tidak masuk dalam kategori yang sudah ditentukan. Jadi, bisa saja hanya terdapat potongan 54k atau 18k. Nah, nanti sisa dari potongan tersebut dapat digunakan sampai dengan jumlah potongan 200k tersebut habis.

Unfortunately, hotel yang saya ingin pesan hanya bisa klaim sebesar 54k. Jadi nanti sisa 156k nya bisa dipakai sampai 31 Desember 2020. 😔

Suami pun langsung mengurungkan niatnya untuk bermalam di hotel. Kami sepakat untuk membatalkan perjalanan kami dan mengalihkan pengeluaran tersebut ke pos lainnya.

Jadi, inti tulisan ini apa? 

KECEWA. S&K Tak Sesuai HARAPAN. 

Yaiyalah ya, kecewa itu pasti tidak sesuai harapan. Hanya saja, namanya Emak-Emak kan maunya cuan. Jadi ada cuan tipis pun senang. Tapi jujur, kali ini saya harus mengikhlaskan kode voucher tersebut hangus. Bye...

Sekali lagi saya hanya ingin mengingatkan untuk para pembaca blog ini. Tolong lebih cermat jika mendapatkan kupon. Baca Syarat dan Ketentuan dengan detail agar tidak seperti saya yang jadi kecewa karena gagal liburan akhir tahun bersama keluarga.

Sunday, May 31, 2020

IRT Juga Harus Update Berita, Dong!

Sejak berhenti kerja sebagai kontributor di media komunitas pada pertengahan 2017, saya jarang membaca atau menonton berita. Apalagi sempat merasa tidak berguna sebagai lulusan sarjana ilmu komunikasi yang akhirnya stay at home.


Kalau kata tante dan mertua, perempuan yang sudah menikah dan punya anak itu nasibnya ya balik ke dapur urus rumah tangga. Mau sekolah tinggi juga paling cuma nambah gelar saja di depan atau belakang nama. Sehingga, saya sempat termakan ucapan tersebut dan minder mau berbuat apa dalam kehidupan sehari-hari.


Untungnya saya tak lama bermuram durja. Bersyukur saya punya suami yang sigap menjaga kewarasan istrinya. Dia mengizinkan saya untuk mengikuti saringan CPNS 2017-2018-2019. Menurut dia, kalau saya merasa mampu untuk mengurus keluarga sambil bekerja, kenapa tidak dilakukan. Setidaknya, jika saya berkerja saya dianggap akan dapat hiburan diluar rumah dan kembali bahagia saat di rumah lalu berkumpul dengan keluarga.


Alhamdulillah, awal saya coba CPNS di 2017, lolos di tahap pemberkasan online. Hanya saja, saya kurang teliti melihat jadwal pengumpulan berkas fisik. Sehingga saya terlambat menyadari kalau saya lolos dan harus kumpulkan berkas. Saya sadarnya, saat sudah masuk di hari terakhir harus datang ke lokasi yang ditentukan. Jadi, bye bye deh kesempatan saya jadi calon pekerja yang digaji rakyat.


Belajar dari pengalaman, akhirnya saya mulai fokus cari informasi terkait CPNS dari situs berita yang ada di Indonesia. Saya memantau sejumlah media online besar terkait isu CPNS. Saya  bookmark sejumlah website media online di browser laptop dan ponsel. Lalu saya juga download aplikasi kantor berita yang memiliki peramban lunak.


Salah satu situs yang menurut saya kompeten dan jelas dalam menuturkan info dan berita tentang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ya kumparan.com . Saya mengetahui cara registrasi, info instansi pemerintah apa saja yang membuka lowongan, sampai jadwal batas akhir dan pengumuman lolos tiap instansi. Saya senang sekali memantau berita update dari Kumparan.


Sampai akhirnya, tiap pagi dan malam hari menjadi jadwal saya sarapan berita dari situs kumparan.com . Fokus saya membaca berita tidak hanya mengenai CPNS. Tapi jadi membaca kanal lainnya. Di CPNS 2019, saya gagal di tes CAT. Nilai saya lolos tes tapi hanya masuk peringkat 20 besar. Sedangkan yang diterima 3 terbaik.


Suami saya terus mendukung kebiasaan saya yang terus memantau berita. Menurut dia, saya tetap harus update tentang apa saja. Sehingga tidak seperti katak dalam tempurung. Hanya berkutat di rumah dengan obrolan seadanya tanpa informasi terbaru tentang kota, dalam dan luar negeri. Setidaknya saya disadarkan olehnya, kalau saya punya potensi untuk punya kesibukan dirumah walau tidak berstatus pegawai kantoran.


Oh iya, saya juga mau menjelaskan keterlibatan kumparan dalam hidup saya setelah saya gagal CPNS 2019. Akhinya saya join jadi temankumparan. Saya ikut whatsapp grup dengan tema MOM, Travel, dan Tekno. Ya! Tiga kanal tersebut sangat menarik untuk diikuti.


Sebagai ibu dari satu anak, saya perlu informasi terkait MOM. Travel sangat saya sukai karena sudah lama sekali saya ingin berkeliling dunia. Setidaknya, dengan membaca saya jadi tahu di daerah tersebut ada potensi alam apa. Lalu kanal tekno, sangat saya gemari. Apalagi jika membahas software baru atau ponsel anyar. Wah ini sangat penting untuk pembahasan saya dan suami saat pillow talk.

Thursday, April 23, 2020

Urus Anak? Siapa Yang Pusing?

Setelah tiga tahun mengurus anak sendiri, akhirnya saya tahu sulitnya mama mengurus saya. Tidak banyak pilihan untuk orang lain mengurusnya karena saya sudah sah menjadi full-time mom. Jadi tidak mungkin saya pekerjakan orang lain, karena saya saja tidak punya pekerjaan tetap. Alhasil ya saya kerja serabutan sekaligus mengurus anak.

Perdana jadi ibu, drama kumbara juga terjadi pada saya. Kesulitan berkomunikasi dengan suami, jadi makan tiap hari dan waktu. Bawaannya mau gigit dan garuk-garuk tembok kalau lihat suami santai di rumah. Pengennya berbagi pekerjaan rumah saja. Padahal dari awal kami menikah sudah tahu tabiat masing-masing. Kebetulan suami saya bukan tipe yang aktif mengerjakan pekerjaan rumah. It's a fact. Tapi dia rajin mengirim uang ke rekening saya kalau melihat istrinya cemberut karena kurang tidur. Haha Nggak jadi marah deh sama dia. (Love You, Sayang!)

Oh iya, pertama kali anak sakit juga kami berdua pusing. Bukan cuma saya yang tiap hari bersama si anak, suami pun turut bingung antara pergi bekerja di kantor atau bekerja mobile sambil menemani saya mengurus si anak hingga membaik. Beruntungnya, suami saya bekerja di bidang kreatif yang (terkadang) tidak mempermasalahkan dia bekerja darimana (tapi harus sedia laptop dan sambungan  lancar internet). Intinya sih yang penting menghasilkan cuan walau tak ke kantor. Jadi, dia tetap bersama saya walau tetap bekerja di depan laptop. Setidaknya kehadirannya selalu ada walau kadang bikin kesel (dikit saja kok).

Hari pertama anak saya di rawat lagi di rumah sakit setelah extend 3 hari setelah saya sudah boleh pulang dari ruang rawat bersalin itu, si bocil usia 10 hari. Kebayang kan paniknya kayak apa waktu itu. Baru jadi emak-emak dengan drama per-susu-an. Galau mau kasih susu formula atau full ASI. Eh, si bocil malah sakit yang harus di opname.

Gagal sudah mau foto cantik si anak untuk upload di Instagramnya dia yang saya sengaja buat 10 jam setelah melahirkan. Buyar semua rencana emak emak gatel pengen belanja perintilan ini itu yang unyu, eye catching, dan makan enak untuk nyemil (eh).

Intinya, pengalaman saya ini cuma untuk sharing. Saya bersyukur punya suami yang selalu ada. Walau kadang tidak tanggap bantuan, tapi kalau diminta dia tidak bawel. Dia tahu bagaimana memperlakukan saya sebagai istrinya. Walau kadang suka bikin saya nangis karena salah paham. Dia juga cepat minta maaf dan membelikan saya something yang memang idaman saya.

Kelihatannya saya gampang banget dibujuk rayu ya. Hehe kebetulan sih emang iya. Senang saja jadi orang yang nggak ribet. Walau terkadang pemikiran saya dan suami tak sejalan. Kami tetap saling support. Tiap ada kesempatan juga masih sering cuddling kok. Waktu si anak under 6 month itu rewelnya minta ampun, kami juga ada drama kalau lagi kangen berduaan. Saat saya capek, dia semangat. Saat saya sudah siap, dianya sudah merem. Kalau diingat lagi, kesel sih. Tapi ya sudahlah, saat ini kami sudah sadar kok. 

Akhirnya saya bisa mengucapkan kalau saya senang bisa mengurus anak saya. Walau tidak bekerja di kantor, saya masih bekerja selama 6 bulan dari rumah setelah lahiran. Setidaknya income saya masih lumayan untuk jajan makanan dan dapat komentar dari mertua "Jajan lagi?". Saya tidak menjawab tapi suami saya yang nyengir-nyengir di depan orang tuanya.

Oh iya, dari pemaparan saya diatas, terlihat kan kalau porsi suami dan istri saat mengurus anak itu sama. Galaunya emak dan bapak itu sebetulnya sama. Beda di sikap tegar. Saya sebagai ibu lebih menye-menye sih sebetulnya. Tiap saya sedih dikit mewek sampe sesenggukan. Saya melihat suami malah ikutan panik karena melihat istrinya nangis. Akhirnya, dia terlihat tidak fokus dengan kerjaannya. Setelah tiga tahun jadi ibu beranak satu, saya tidak lagi menangis saat anak saya sakit. Saya pura-pura kuat. Walau sedih sih melihat si anak tiap tahun ada saja presensi di ruang rawat rumah sakit.

Saya jadi mellow nih. Sudah dulu ya. Tapi sudah jelas kan ya, tidak ada orang tua yang tidak pusing saat mengurus anak. Suami atau Istri yang bekerja juga pasti pusing memecah konsentrasi saat mengurus anak dan pekerjaannya dalam satu waktu. Banyak-banyak bersyukur dengan apa yang sudah kita punya juga bisa jadi refleksi tiap ada waktu luang. 

Tuhan selalu punya rencana yang baik untuk ummat-Nya. Saya percaya itu.

Tuesday, April 21, 2020

Serba Serbi Cari Uang Dari Rumah

Halo, salam kenal. Sebetulnya saya sudah lama berkecimpung dalam dunia blog. Hanya saja belum berani publish seperti para blogger lainnya. Awalnya, tidak ada keinginan saya untuk mencari uang dari menulis di media sosial. Semua just sharing. Hanya saja, semakin tua umur saya dan kesempatan bekerja semakin kecil. Mau tidak mau saya mulai menggeluti hobi saya di rumah. Kutak katik ponsel, cari foto menarik lalu iseng edit pakai beberapa aplikasi agar eye catching.

Saya tidak akan bercerita jaman kejayaan saya mencari uang sendiri sebelum menikah. Karena menurut saya itu akan sama saja dengan orang lainnya. Lulus kuliah, coba apply pekerjaan sana-sini lalu di interview dan disuruh menunggu panggilan berikutnya. Lalu setelah HRD menelpon dan nego gaji, mulai bekerja. Kadang bagai kuda, kadang juga bak puteri tidur yang menikmati waktu libur dan tidak diganggu nomor telepon kantor yang menanyakan kapan saya akan kirim kerjaan agar masuk kuota harian.

Jadi, setelah menikah saya tidak memiliki pekerjaan tetap seperti sebelumnya. Kantor saya memberikan dispensasi saat saya hamil untuk bekerja dari rumah. Lalu tak lama anak saya lahir, kantor saya pindah dan tutup kuota untuk pekerja di Jakarta. Selesai sudah karir saya.

Uang transferan dari suami sudah lebih dari cukup dari pengeluaran saya per bulan. Hanya saja ada beberapa pengeluaran yang kayaknya lebih enak dikeluarkan dari kantong sendiri bukan dari orang lain walau itu memang hak saya menerima nafkah dari suami.

Semenjak kelahiran anak, saya jetlag. Ibu dan Bapak mertua punya kesibukan di warung mereka. Saya sempat terpikir untuk berdagang juga. Tapi saya tidak punya ilmu dagang. Walau Papa dan Mama dulu sempat punya warung makan, saya tidak banyak belajar dari mereka karena saat itu terlalu kecil dan tidak tertarik buka warung juga.

Akhirnya, saya putuskan untuk mencari pekerjaan dari menulis. Ya! Saya mulai bergabung dengan whatsapp atau telegram group terkait ibu-ibu produktif. Mulai dari kesamaan hobi, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan pertama saya setelah 4 bulan jobless.

Pekerjaan pertama saya adalah menulis artikel disebuah situs yang ditujukan untuk audiens perempuan. Situs tersebut ingin launching tapi belum punya konten. Jadi merekrut 100 ibu untuk menulis tentang parenting atau lifestyle. Untuk bayaran per orang dengan satu artikel sebesar Rp 100rb. Terlihat kecil jika dibandingkan gaji saya sebelumnya dan transferan dari suami. Tapi saya senang bukan main. Pekerjaan ini menjadi semangat untuk diri saya yang masih ingin berkarir dengan hobi dan menggunakan salah satu dari keahlian saya. Setidaknya ilmu selama saya kuliah bisa terpakai walau dengan bayaran seadanya.

Sayangnya, laptop suami yang saya gunakan untuk mencari pekerjaan lainnya rusak di bagian keyboard. Ambyar lah cita-cita saya memiliki quality time dengan laptop tersebut. Susah sekali bekerja menggunakan ponsel. Saya vakum dari dunia tulis menulis.

Tak hanya karena laptop rusak. Kesehatan anak saya juga perlu perhatian khusus. Obrolan emak-emak di Whatsapp group menjadi teman saya sehari-hari. Ikut diskusi dan event kuliah whatsapp. Lalu ada seorang teman yang bertanya "Mengapa kamu tidak mencari uang dari Instagram?".

Saya bingung maksud dari kalimat teman saya itu. Dia merasa, followers saya di Instagram terus bertambah karena banyak teman atau orang lain yang suka dengan foto atau informasi yang saya posting. Oh! Akhirnya saya mengerti maksud teman saya. Influencer itu datang karena disukai orang lain atas postingan yang bermutu. Kualitas dari tulisan di caption atau foto yang enak dipandang. Itulah kuncinya.

Karena sudah diberitahu akan hal itu, saya mulai merapikan feed instagram saya. Foto-foto saya re-upload dengan watermark copyright. Alasan saya melakukan hal itu karena tidak ingin ada yang menyalahgunakan postingan saya dikemudian hari. Setidaknya saya mulai menghargai hasil karya saya sendiri.

Sebelumnya, saya jarang memberikan apresiasi pada diri saya karena merasa useless. Tidak banyak berguna untuk orang lain. Tapi dengan berekspresi di sosial media dengan watermark atas nama sendiri, saya makin percaya diri.

Perkumpulan yang saya ikuti di Whatsapp group mulai berkembang. Tawaran menjadi campaign buzzer pun mulai datang. Seiring bertambahnya follower, pekerjaan ini semakin menarik. Akhirnya, jadilah saya sekarang. Mulai merapikan feed, menulis caption dengan baik akhirnya saya lakukan. Bukan untuk mencari uang saja. Kali ini saya ingin memberikan value dari branding diri saya sendiri.

Demikian cerita saya kali ini, untuk menulis dan cerita panjang memang tetap blog menjadi jawabannya. Saya sangat suka menulis pengalaman hidup. Mungkin nanti saya akan mulai menulis tentang keuangan dan parenting.

Semoga tulisan saya bisa diambil hikmahnya ya. Enjoy!

Secarik Kisah Makan Siang di Kebon Jati