Thursday, April 23, 2020

Urus Anak? Siapa Yang Pusing?

Setelah tiga tahun mengurus anak sendiri, akhirnya saya tahu sulitnya mama mengurus saya. Tidak banyak pilihan untuk orang lain mengurusnya karena saya sudah sah menjadi full-time mom. Jadi tidak mungkin saya pekerjakan orang lain, karena saya saja tidak punya pekerjaan tetap. Alhasil ya saya kerja serabutan sekaligus mengurus anak.

Perdana jadi ibu, drama kumbara juga terjadi pada saya. Kesulitan berkomunikasi dengan suami, jadi makan tiap hari dan waktu. Bawaannya mau gigit dan garuk-garuk tembok kalau lihat suami santai di rumah. Pengennya berbagi pekerjaan rumah saja. Padahal dari awal kami menikah sudah tahu tabiat masing-masing. Kebetulan suami saya bukan tipe yang aktif mengerjakan pekerjaan rumah. It's a fact. Tapi dia rajin mengirim uang ke rekening saya kalau melihat istrinya cemberut karena kurang tidur. Haha Nggak jadi marah deh sama dia. (Love You, Sayang!)

Oh iya, pertama kali anak sakit juga kami berdua pusing. Bukan cuma saya yang tiap hari bersama si anak, suami pun turut bingung antara pergi bekerja di kantor atau bekerja mobile sambil menemani saya mengurus si anak hingga membaik. Beruntungnya, suami saya bekerja di bidang kreatif yang (terkadang) tidak mempermasalahkan dia bekerja darimana (tapi harus sedia laptop dan sambungan  lancar internet). Intinya sih yang penting menghasilkan cuan walau tak ke kantor. Jadi, dia tetap bersama saya walau tetap bekerja di depan laptop. Setidaknya kehadirannya selalu ada walau kadang bikin kesel (dikit saja kok).

Hari pertama anak saya di rawat lagi di rumah sakit setelah extend 3 hari setelah saya sudah boleh pulang dari ruang rawat bersalin itu, si bocil usia 10 hari. Kebayang kan paniknya kayak apa waktu itu. Baru jadi emak-emak dengan drama per-susu-an. Galau mau kasih susu formula atau full ASI. Eh, si bocil malah sakit yang harus di opname.

Gagal sudah mau foto cantik si anak untuk upload di Instagramnya dia yang saya sengaja buat 10 jam setelah melahirkan. Buyar semua rencana emak emak gatel pengen belanja perintilan ini itu yang unyu, eye catching, dan makan enak untuk nyemil (eh).

Intinya, pengalaman saya ini cuma untuk sharing. Saya bersyukur punya suami yang selalu ada. Walau kadang tidak tanggap bantuan, tapi kalau diminta dia tidak bawel. Dia tahu bagaimana memperlakukan saya sebagai istrinya. Walau kadang suka bikin saya nangis karena salah paham. Dia juga cepat minta maaf dan membelikan saya something yang memang idaman saya.

Kelihatannya saya gampang banget dibujuk rayu ya. Hehe kebetulan sih emang iya. Senang saja jadi orang yang nggak ribet. Walau terkadang pemikiran saya dan suami tak sejalan. Kami tetap saling support. Tiap ada kesempatan juga masih sering cuddling kok. Waktu si anak under 6 month itu rewelnya minta ampun, kami juga ada drama kalau lagi kangen berduaan. Saat saya capek, dia semangat. Saat saya sudah siap, dianya sudah merem. Kalau diingat lagi, kesel sih. Tapi ya sudahlah, saat ini kami sudah sadar kok. 

Akhirnya saya bisa mengucapkan kalau saya senang bisa mengurus anak saya. Walau tidak bekerja di kantor, saya masih bekerja selama 6 bulan dari rumah setelah lahiran. Setidaknya income saya masih lumayan untuk jajan makanan dan dapat komentar dari mertua "Jajan lagi?". Saya tidak menjawab tapi suami saya yang nyengir-nyengir di depan orang tuanya.

Oh iya, dari pemaparan saya diatas, terlihat kan kalau porsi suami dan istri saat mengurus anak itu sama. Galaunya emak dan bapak itu sebetulnya sama. Beda di sikap tegar. Saya sebagai ibu lebih menye-menye sih sebetulnya. Tiap saya sedih dikit mewek sampe sesenggukan. Saya melihat suami malah ikutan panik karena melihat istrinya nangis. Akhirnya, dia terlihat tidak fokus dengan kerjaannya. Setelah tiga tahun jadi ibu beranak satu, saya tidak lagi menangis saat anak saya sakit. Saya pura-pura kuat. Walau sedih sih melihat si anak tiap tahun ada saja presensi di ruang rawat rumah sakit.

Saya jadi mellow nih. Sudah dulu ya. Tapi sudah jelas kan ya, tidak ada orang tua yang tidak pusing saat mengurus anak. Suami atau Istri yang bekerja juga pasti pusing memecah konsentrasi saat mengurus anak dan pekerjaannya dalam satu waktu. Banyak-banyak bersyukur dengan apa yang sudah kita punya juga bisa jadi refleksi tiap ada waktu luang. 

Tuhan selalu punya rencana yang baik untuk ummat-Nya. Saya percaya itu.

No comments:

Post a Comment

Ini 3 Resto Seru Dekat Summarecon Bogor