Showing posts with label Hidup Menulis. Show all posts
Showing posts with label Hidup Menulis. Show all posts

Friday, January 17, 2025

Jalan-Jalan ke 3 Tempat dalam 3 jam Di Singapura

View from Jubilee Bridge (Marina Bay Sands) - 12/10/2024 - @sabturina



Moin! Kali ini, aku mau share pengalamanku me time jalan-jalan di Singapura dalam waktu 3 jam saja di tanggal 12 Oktober 2024. 


Walau terkesan memaksakan tetap jalan dalam trip kali ini, tapi aku tidak kecewa karena ini pertama kalinya aku solo trip ke luar negeri.


Sampai di Singapura pukul 14.30 Waktu Standar Singapura (WSS). Hal pertama yang ku lakukan adalah ganti simcard ponselku dengan sim khusus internet di Singapura dari DigiTravel (no endorse ya). Simcard ini sudah ku siapkan H-2 sebelum tanggal berangkat. 


Semua hal ini kulakukan masih di dalam pesawat yang sudah landing tapi belum parkir. Karena aku tidak mau ribet lagi saat di Changi nanti.


Setelah menginjakkan kaki di Changi Airport, aku sudah bisa langsung kontak dengan suami juga anak-anakku. Mereka pun happy mendengar suaraku, tak kusangka, mereka juga memantau flightku dengan FlightRadar24. 


Hal pertama yang ku pikirkan adalah bagaimana caranya bisa ke downtown dengan cepat tanpa Taxi. Karena sudah ku perhitungkan cost perjalanan ini tidak boleh lebih dari 2 juta rupiah. Karena jalan-jalan ini hanya punya waktu sekitar 3 jam di pusat kota.


Memilih untuk menghapus TAXI dari transportasi di perjalananku adalah hal yang ku sesalkan. Semua jadi wasting time karena aku harus boarding pulang ke Jakarta pukul 19.00 WSS.


Berikut itinerary perjalananku (rencana) selama di Singapura yaaa gaes... Semoga berkenan membacanya.


- Changi Airport (Mampir Jewel) ❌ (landing, ga sempat mampir Jewel)

- Bugis (Belanja - Makan) ✅

- Chijmes (Kalau sempat) ✅

- City Hall (Kalau sempat) ❌ (Kejauhan ga sempat jalan kaki kesana)

- Fort Canning Park (Kalau sempat) ❌ (Kejauhan ga sempat jalan kaki kesana)

- Jubilee Bridge (Foto-Foto) ✅

- Merlion Park (Foto-Foto) ✅

- Changi Airport (Makan) ❌ (take off, ga sempat makan)


Penjelasan detail dari realita yang terjadi :


14.50 - 15.35 perjalanan bus dari Terminal 4 Changi Airport - Changi MRT (ada diantara T2 dan T3) - Bugis MRT

15.35 - 17.10 istirahat di Bugis , minum jus, belanja oleh-oleh

17.10 - 17.20 galau mau kemana akhirnya naik bus ke arah Chijmes

17.20 - 17.35 foto-foto di Chijmes

17.35 - 17.50 jalan kaki dari Chijmes ke Jubilee Bridge

17.50 - 18.10 foto-foto di Jubilee Bridge dan Merlion Park

18.10 - 18.15 jalan kaki dari Merlion Park ke Raffles Place MRT

18.18 - 19.23 Perjalanan penuh drama dari Raffles Place MRT - Changi MRT - Changi Bus T2 ke T4 - lari lari ke Gate G1 Terminal 4

19.23 - 20.00 Boarding di G1 sampai masuk pesawat menunggu take off


Aku jelaskan yaaa apa saja yang aku lakukan di spot wisata common place Singapura itu. 


Walau sebetulnya destinasi yang biasa saja alias standar, karena destinasiku ini sudah sejuta umat yang tahu karena selalu ruameeee puol! 


Tapi aku happy banget bisa me time sambil window shopping padahal intinya cuma belanja oleh-oleh.

1. BUGIS

Bugis Street (12/10/2024) - @sabturina


Untuk turis Indonesia, salah satu tujuan utama untuk belanja yaa Bugis Street ini. Walau ada juga yang senang belanja di Mustafa Center. 


Aku pribadi sejak pertama kali ke Singapura di tahun 2015, belanja murah untuk oleh-oleh ya di Bugis. 


Karena saat itu, aku menginap di Parc Sovereign Hotel dekat Albert Mall (sekarang jadi Ibis Budget). Ibaratnya kepleset aja sampai ke Bugis Street.


Bugis ini nama kawasan ya, jadi di dalamnya ada macam-macam tempat lagi, kebetulan yang aku datangi di Oktober lalu ya Bugis Street, Bugis Junction, Bugis MRT. 


Satu-satu kita bahas yaa, alasanku tetap memilih Bugis sebagai destinasi belanja oleh-oleh:


Pertama, aku kebetulan sudah paham tempat ini. Karena perjalananku kali ini harus satset, aku memilih Bugis sebagai destinasi utama, jadi dari Changi aku langsung ke Bugis MRT. 


Tidak buang waktu lama, turun dari MRT di Stasiun Bugis aku pilih jalur ke arah Bugis Street. Setelah keluar ke arah menyebrang jalan dulu ya dari Bugis Junction.


Oh iya, dari Jakarta aku tidak bawa Dollar Singapura. Jadi selama perjalanan aku cuma pakai kartu debit BCA untuk tap-tap di MRT. 


Hanya saja karena di Bugis mau belanja, aku memastikan agar tidak overbudget jadinya ya ambil cash di ATM DBS. Aku ambil S$100 around 1,2juta rupiah sebagai modal belanja oleh-oleh untuk keluarga dan teman dekat.


Tidak hanya itu, kartu debit juga aku pakai untuk jajan iJooz S$2 karena berasa banget haus! Pengen makan atau jajan, tapi aku ga mau wasting time. Jadinya ya minum jus saja agar simple.


Belanja ini itu, menghasilkan tas yang aku bawa beranak-pinak. Padahal, aku cuma bawa satu backpack. Karena bawa oleh-oleh jadi beli tas jinjing lagi untuk masukin semua barang yang dibeli.


Bugis done! Saatnya berpetualang dengan Bus ke Chijmes.


2. CHIJMES

Foto di area CHIJMES (di
fotoin cici cici baik hati) - (12/10/2024) - @sabturina


Alasan memilih Chijmes sebagai destinasi setelah Bugis ini sebetulnya dadakan. Karena rencana memang cuma mau nyobain bus di Singapura saja.  Aku punya janji foto interior bus ke anak-anak.


Jadi ga rencana pilih common space yang jauh-jauh karena memang tujuan utamanya cuma mau ke Merlion Park.


Saat di Bus aku cek rute bus, dari Halte Bras Basah ke Chijmes dekat, jadinya aku turun disitu untuk menyebrang jalan. Oh iya payment Bus juga tap pakai kartu debit saja. 


Aku ceritain singkat dulu ya, Chijmes ini dulunya sekolah khusus anak perempuan. Jadi sebenarnya ini tuh singkatan dari Convent of the Holy Infant Jesus Middle Education School (CHIJMES).


Area bangunan Chijmes ini ikonik banget, gaya neo klasik gitu bangunannya. Apalagi kapelnya! Saat aku bingung mau foto dengan background Kapel ala Gothic-Anglo Perancisnya, beruntung sekali bertemu dengan 3 WNI yang juga lagi mau foto bersama disitu. 


Akhirnya kami bergantian dan hasilnya bagussss banget! (Makasih yaaa cici sudah bantu aku foto cuakep tenan).


Karena bingung sudah mepet waktu harus ke Merlion Park, aku sempat tergoda naik taxi. 


Tapi aku sempat bertanya ke warga lokal yang lagi cari tempat duduk di Chijmes, dia menyarankan untuk berjalan kaki saja sambil nikmatin sore. Menurut dia jaraknya tidak terlalu jauh around 15 menit. 


Bodohnya, aku denial dengan saran Warlok. Terlalu percaya diri dengan pikiranku untuk naik MRT saja. 


Jadi abis ngobrol singkat itu, aku malah ke Raffles City padahal harusnya ke City Hall MRT saja kalau mau naik MRT atau naik bus yang ke arah Esplanade.


Merasa salah jalan karena ga sampai-sampai ke MRT di Raffles City, aku akhirnya jalan kaki menelusuri Stamford Road dengan bantuan Maps. 


Andai aku mengikuti direction dari warlok, harusnya tidak buang-buang waktu.


3. JUBILEE BRIDGE

View from Jubilee Bridge (12/10/2024) - @sabturina


Setelah berjalan kaki dari Stamford Road sampailah di George Russell's Skid Marks. Dari perempatan jalan ini, aku memilih menelusuri jalan di dalam Esplenade Park. Karena perlu menyeberangi jalan ke arah Jubilee Bridge. 


Akhirnya aku merasa WOWWWW! Setelah melihat kembali secara langsung bangunan Marina Bay Sands, Esplanade, Singapore Flyer dalam satu pandangan. 


Sayangnya, pemandangan ini ku nikmati sendirian. Ingin sekali rasanya main bersama anak-anak dan suamiku di area ini. Semoga bisa terwujud dalam beberapa tahun kedepan.


Di Jubilee Bridge ini, aku diberikan kemudahakan lagi dari orang lain. Mungkin stranger itu kasihan kepadaku yang riweuh sekali dengan barang-barang tetapi ingin foto dengan background Marina Bay Sands. 


Pastinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Karena berpacu dengan waktu untuk sampai di Changi sebelum jam 19.00 WSS.


Menelusuri Jubilee Bridge, sampailah aku ke destinasi terakhir, MERLION PARK untuk foto dengan STATUE!


4. MERLION PARK (STATUE)

Foto di Merlion Statue (12/10/2024) - @sabturina

Akhirnya sampai juga di destinasi terakhirku, Merlion Fountain Statue! Yap. Perjalanan me time ku kali ini ditutup dengan foto bersama patung singa yang menjadi common place paling ruameee. 


Pengalaman berharga banget solo trip tapi dimudahkan bertemu dengan stranger yang baik-baik. Aku sudah tidak sempat melamun seperti yang ku lakukan di Bugis Street saat minum jus. 


Dipikiranku saat sudah foto bersama patung singa yaaa pulang.. haha


Setidaknya, aku sudah menghibur diriku dengan bepergian sendiri dan mengikuti kemanapun kaki ini melangkah. Walau hanya beberapa jam saja. 


Juga drama kocar kacir ke Bandara karena masih kekeuh naik MRT ke Bandara. Padahal suami sudah memintaku untuk naik Taxi saja agar tepat waktu dan masih bisa jajan makanan di T4. 


Karena kalau ga mepet ga seru, jadinya yaaa agak sport Jantung yaaa.. (Jangan ditiru ya gaes!)


Fyi, di area Merlion Park ini agak sumpek ya kalau lagi rame. Apalagi di jam aku datang waktu itu sekitar jam 18 WSS. 


Kalau kamu mau cari oleh-oleh juga ada lho, di bawah bridge arah ke Queen Elizabeth Walk dekat 711 di The Fullerton Waterboat House. 



So, semoga tulisanku ini menginspirasi kalau kamu mau ke common place di Singapura ya. Walau cuma transit di Changi, bisa lho jalan-jalan ke tiga tempat ini tentunya harus ingat waktu juga ya.


Next aku akan ceritakan lebih detail lagi ya perjalananku di Singapura part II tentang cost dan belanja apa saja yang murah meriah bisa untuk oleh-oleh juga.


See you.. Cheerio!


Thursday, October 31, 2024

Menata Kembali Dunia

Aku sempat berpikir apa guna dari pendidikan tinggiku yang tersemat sebagai gelar yang menempel di ijazah. Toh aku saat ini hanya di rumah saja tanpa bekerja seperti sebelum berkeluarga. Sempat mengurung diri karena merasa tidak layak untuk bergaul dengan teman-teman yang bekerja walau sudah menikah dan punya anak. Tidak sepertiku yang hanya di rumah saja.

Tapi aku sadar, karena ini adalah pilihanku. Aku dan suami juga sudah sepakat kalau tidak menggunakan jasa orang lain untuk mengurus anak kami disaat mereka belum bersekolah atau masih perlu pengawasan. Sehingga terciptalah duniaku yang hanya di rumah saja.

Apakah aku dianggap kufur nikmat jika ingin tetap punya penghasilan? Setidaknya aku mau merasakan juga punya pekerjaan seperti sebelum menikah. Ternyata, menjadi full time house wife itu tidak menyenangkan 100%. Hanya saja, ada kebahagiaan tersendiri membersamai anak-anak walau hanya berkutat di area rumah saja.

Setelah menikah 8 tahun, aku merasa beruntung memiliki suami yang cukup paham keinginanku. Dia tahu sebelum menikah dengannya aku punya lifestyle seperti apa, dia juga memahami aku ingin kemana saja selama hidupku. Banyak mimpi yang aku titipkan kepada dia jika dia menikahiku, agar bisa tetap ku wujudkan.

Banyak hal yang suamiku wujudkan, tentunya.. ada juga yang perlu ku terima sebagai akibatnya jika tidak patuh atas keinginannya. Aku bersyukur telah mengenyam pendidikan dan lulus dengan title diploma tiga juga strata satu. Karena membantuku dalam memilih mau menjadi seperti apa aku sebagai seorang ibu.

Ternyata, menjadi seorang ibu yang berpendidikan itu berguna saat anak-anak perlu arah untuk belajar. Aku bisa memilih menjadi ibu sabar, tegas, galak, lembut, dan segala bentuk ibu di mata anakku. Berkat pelajaran yang ku tempuh saat kuliah. Ada banyak pendekatan yang ku lakukan untuk tetap membersamai anak-anak. Paling penting itu, membuat aku tetap waras dalam menjalani peran sebagai ibu rumah tangga.

Apakah kamu juga merasakan post power syndrome sepertiku? Aku pernah mengalami masa jaya dalam pendidikan dan karirku. Sempat dropped, tapi kini ku sadar aku bukan kalah ataupun menyerah. Aku hanya tidak cepat mengambil langkah baik untuk jalan hidupku seperti ibu lainnya.

Saat ini aku mau mengatakan kalau aku bisa menjadi ibu seutuhnya dengan tingkat kesadaran penuh. Aku bisa mengimbangi kehidupanku sendiri dan keluarga. Aku sehat jasmani dan rohani. Kebetulan, aku memiliki circle yang bisa membuatku bertumbuh menjadi pribadi yang baik. Aku juga memilih komunitas untuk tempat mengembangkan diri dengan baik. Sehingga aku dapat menentukan ingin menjadi ibu seperti apa kedepannya.

Terima kasih Tuhan atas kesempatannya. Terima kasih suamiku atas kesabarannya menghidupiku jiwa dan raga, juga kedua anakku yang sabar memiliki ibu dengan tempramen tidak semestinya. Tak luput juga teman-teman dari komunitas yang telah sama-sama berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Terima kasih semua orang yang telah ada dan membuatku berkembang dengan baik seperti ini.

Oh iya, dalam tiap kesempatan aku juga berterima kasih untuk sebagian orang yang membuangku dalam pertemanan. Tanpa kalian, aku tidak tahu rasanya dipungut dan dibesarkan oleh orang-orang yang selalu ada sampai saat ini bersamaku. Kalian sangat berkontribusi atas perubahanku dan menyemangatiku untuk selalu menjadi orang baik dan berguna untuk semua kalangan bukan hanya untuk sebuah kepentingan. Terima kasih.

Monday, August 9, 2021

10VE

salah satu koleksi suamiku



Dari Lionel Messi, saya mendapat momen haru (lagi). Jujur, saya sedih saat Steven Gerrard meninggalkan Liverpool. Mencoba ikhlas, perasaan haru itu disusul Luis Suarez yang baru saya cintai, pindah ke Barcelona. Lalu, saat ini Gerrard sudah leaving dunia pemain bola kini menjadi pelatih. But, Gerrard selalu jadi kapten sepanjang masa di hatiku.


Balik lagi ke pemain aktif, kehilangan Suarez ke Barcelona justru tidak menyedihkan. Karena melihat dia berkembang bersama Club lain, itu justru membahagiakan. Ibarat lihat teman lama yang bisa grow up dengan lingkungan barunya. Sebagai fans, saya makin bangga dan bahagia.


Apalagi bergabung dengan Lionel Messi, saya makin senang melihat Suarez di Barcelona. Ternyata kebahagiaan ini tidak long time, karena Suarez harus pindah ke Atletico Madrid. Saya tidak akan bahas masalah apa dia pindah, hanya saja, sebagai fans saya merasa kecewa. Performa dia stabil saat bersama Messi dan pemain muda lainnya di Barça. 


Sebagai profesional, saat ini Suarez masih mencoba untuk stabil dalam berkompetisi di lapangan hijau. Lagi-lagi dimata saya, Suarez sangat ingin menunjukkan, bahwa dia pantas berada dimana saja dengan kepiawaiannya bermain dengan si kulit bundar.


2021, saya melahirkan anak laki-laki dengan nama depan Lionel. Bukan tanpa alasan, karena suami saya sudah meminta nama itu sejak kami menikah. Jika memiliki anak laki-laki, dia ingin nama itu tersemat entah di nama depan, tengah, atau belakang. Menurut saya, itu nama baik. Karena saya tahu, suami saya fans berat Lionel Andręs Messi. I accepted.


Lionel lahir 17 Juli. Tapi, konfirmasi Messi perpanjang kontrak di Barcelona belum kunjung tiba. Hingga akhirnya di Awal Agustus, pihak FCB mengumumkan kepergian Messi dari Clubnya.


"What the hell about this?!" ucap saya setelah baca pengumuman tersebut. Apalagi setelah melihat konferensi pers Messi di Auditorium 1899. Menetes air mata ini melihat dia diatas podium yang juga menangis.


Ingin rasanya saya memeluk suami. Tapi kondisi anak yang sedang dipelukan, saya hanya bisa memegang tangannya saja. Lalu kami hanya bisa berkata seadanya. Tapi saya paham, raut kecewa kami tak terbantah dan hanya bisa saling lempar senyum.


Kecewa. Blass!! Runtuh hati ini. Saya tidak pernah sesedih ini saat melihat Gerrard dan Suarez menyatakan left dari Liverpool. Tapi melihat Messi, entah ikatan batin apa. Mungkin ini bagian efek 9 tahun hidup bersama fans Messi dan Barcelona. Tapi saya rasa bukan itu.


Saya tahu Messi ya sejak kuliah D3. Karena inner circle saya, pecinta sepakbola. Kami sering mengerjakan tugas sambil nonton bareng pertandingan bola yang kerap tengah malam. 


Tapi untuk in depth bicara intens tiap minggu soal persepakbolaan ya semenjak pacaran dan menikah dengan Suami. Dia yang makin menceburkan saya dalam dunia collecting per-jersey-an.


Jujur, saya hanya suka club Liverpool. Hal ini sejak tahun 2000-an. Lalu untuk Piala Dunia, saya hanya mendukung Jerman. Sudah. Tidak ada opsi lainnya, sehingga saya tidak riweuh bicarakan club selain Liverpool dan timnas Jerman.


Tapi sejak 2012, saya ada alasan untuk bicara soal Barcelona sebagai secondary club favorit. Saya selalu senang jika Barça menang, lalu turut sedih jika kalah dari club lain. Euphoria yang ditularkan suami memang sangat berefek hingga saat ini.


Intinya, hari ini.. saya merasakan patah hati ketiga kalinya. Bukan karena orang spesial yang ada di Inner circle saya. Tapi karena pemain bola yang saya dan suami kagumi.

Tuesday, May 11, 2021

Akhirnya ke Ragunan Lagi!!

 Kangen banget dengan suasana asri taman luas hijau dengan angin sepoi-sepoi. Akhirnya, saya memutuskan untuk cek instagram official Ragunan Jakarta. Ternyata, tempat wisata ini sudah buka untuk anak Balita dan Ibu Hamil. Tanpa pikir panjang, saya langsung klik daftar Ragunan. Setelah daftar, bilang ke paksu, kalau mau liburan di Jakarta. hehe 

Di Approve, jadilah kami berangkat dengan terpisah kendaraan. Saya naik kereta dan Paksu bersama anak kami naik motor. Kok misah? Jarak rumah - Ragunan cukup jauh. Paksu riskan bawa saya lama-lama naik motor. Jadi, amannya saya naik kereta dan turun di stasiun yang dekat dengan Ragunan.

Sampailah kami di Ragunan pukul 12 siang. Berharap pengunjungnya tidak ramai, ternyata dikabulkan Tuhan. Padahal hari kami visit itu merupakan weekend. Tapi ya namanya juga rezeki ya kan.

Berkeliling kawasan Taman Margasatwa Ragunan ternyata tidak mudah untuk ibu hamil macam saya yang dikit-dikit merengek ke suami untuk istirahat. Untungnya kami membawa Glider, mini stroller dari Babydoes yang kami beli 2019 lalu. SANGAT BERGUNA untuk toddler yang moody mau jalan kaki atau gendong sama emak atau ayahnya. 

Karena anak kami ini tidak

Secarik Kisah Makan Siang di Kebon Jati