Skip to main content

Serba Serbi Cari Uang Dari Rumah

Halo, salam kenal. Sebetulnya saya sudah lama berkecimpung dalam dunia blog. Hanya saja belum berani publish seperti para blogger lainnya. Awalnya, tidak ada keinginan saya untuk mencari uang dari menulis di media sosial. Semua just sharing. Hanya saja, semakin tua umur saya dan kesempatan bekerja semakin kecil. Mau tidak mau saya mulai menggeluti hobi saya di rumah. Kutak katik ponsel, cari foto menarik lalu iseng edit pakai beberapa aplikasi agar eye catching.

Saya tidak akan bercerita jaman kejayaan saya mencari uang sendiri sebelum menikah. Karena menurut saya itu akan sama saja dengan orang lainnya. Lulus kuliah, coba apply pekerjaan sana-sini lalu di interview dan disuruh menunggu panggilan berikutnya. Lalu setelah HRD menelpon dan nego gaji, mulai bekerja. Kadang bagai kuda, kadang juga bak puteri tidur yang menikmati waktu libur dan tidak diganggu nomor telepon kantor yang menanyakan kapan saya akan kirim kerjaan agar masuk kuota harian.

Jadi, setelah menikah saya tidak memiliki pekerjaan tetap seperti sebelumnya. Kantor saya memberikan dispensasi saat saya hamil untuk bekerja dari rumah. Lalu tak lama anak saya lahir, kantor saya pindah dan tutup kuota untuk pekerja di Jakarta. Selesai sudah karir saya.

Uang transferan dari suami sudah lebih dari cukup dari pengeluaran saya per bulan. Hanya saja ada beberapa pengeluaran yang kayaknya lebih enak dikeluarkan dari kantong sendiri bukan dari orang lain walau itu memang hak saya menerima nafkah dari suami.

Semenjak kelahiran anak, saya jetlag. Ibu dan Bapak mertua punya kesibukan di warung mereka. Saya sempat terpikir untuk berdagang juga. Tapi saya tidak punya ilmu dagang. Walau Papa dan Mama dulu sempat punya warung makan, saya tidak banyak belajar dari mereka karena saat itu terlalu kecil dan tidak tertarik buka warung juga.

Akhirnya, saya putuskan untuk mencari pekerjaan dari menulis. Ya! Saya mulai bergabung dengan whatsapp atau telegram group terkait ibu-ibu produktif. Mulai dari kesamaan hobi, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan pertama saya setelah 4 bulan jobless.

Pekerjaan pertama saya adalah menulis artikel disebuah situs yang ditujukan untuk audiens perempuan. Situs tersebut ingin launching tapi belum punya konten. Jadi merekrut 100 ibu untuk menulis tentang parenting atau lifestyle. Untuk bayaran per orang dengan satu artikel sebesar Rp 100rb. Terlihat kecil jika dibandingkan gaji saya sebelumnya dan transferan dari suami. Tapi saya senang bukan main. Pekerjaan ini menjadi semangat untuk diri saya yang masih ingin berkarir dengan hobi dan menggunakan salah satu dari keahlian saya. Setidaknya ilmu selama saya kuliah bisa terpakai walau dengan bayaran seadanya.

Sayangnya, laptop suami yang saya gunakan untuk mencari pekerjaan lainnya rusak di bagian keyboard. Ambyar lah cita-cita saya memiliki quality time dengan laptop tersebut. Susah sekali bekerja menggunakan ponsel. Saya vakum dari dunia tulis menulis.

Tak hanya karena laptop rusak. Kesehatan anak saya juga perlu perhatian khusus. Obrolan emak-emak di Whatsapp group menjadi teman saya sehari-hari. Ikut diskusi dan event kuliah whatsapp. Lalu ada seorang teman yang bertanya "Mengapa kamu tidak mencari uang dari Instagram?".

Saya bingung maksud dari kalimat teman saya itu. Dia merasa, followers saya di Instagram terus bertambah karena banyak teman atau orang lain yang suka dengan foto atau informasi yang saya posting. Oh! Akhirnya saya mengerti maksud teman saya. Influencer itu datang karena disukai orang lain atas postingan yang bermutu. Kualitas dari tulisan di caption atau foto yang enak dipandang. Itulah kuncinya.

Karena sudah diberitahu akan hal itu, saya mulai merapikan feed instagram saya. Foto-foto saya re-upload dengan watermark copyright. Alasan saya melakukan hal itu karena tidak ingin ada yang menyalahgunakan postingan saya dikemudian hari. Setidaknya saya mulai menghargai hasil karya saya sendiri.

Sebelumnya, saya jarang memberikan apresiasi pada diri saya karena merasa useless. Tidak banyak berguna untuk orang lain. Tapi dengan berekspresi di sosial media dengan watermark atas nama sendiri, saya makin percaya diri.

Perkumpulan yang saya ikuti di Whatsapp group mulai berkembang. Tawaran menjadi campaign buzzer pun mulai datang. Seiring bertambahnya follower, pekerjaan ini semakin menarik. Akhirnya, jadilah saya sekarang. Mulai merapikan feed, menulis caption dengan baik akhirnya saya lakukan. Bukan untuk mencari uang saja. Kali ini saya ingin memberikan value dari branding diri saya sendiri.

Demikian cerita saya kali ini, untuk menulis dan cerita panjang memang tetap blog menjadi jawabannya. Saya sangat suka menulis pengalaman hidup. Mungkin nanti saya akan mulai menulis tentang keuangan dan parenting.

Semoga tulisan saya bisa diambil hikmahnya ya. Enjoy!

Comments

Popular posts from this blog

Cek keaslian Galon Sebelum Membeli!!

  Banyak hal yang kurang disadari oleh konsumen air minum kemasan bermerek itu adalah keaslian produknya. Awalnya aku biasa saja baca berita yang muncul terkait galon palsu. Karena menurutku terlalu niat oknum, memalsukan galon air mineral. Ternyata, setelah baca berita tentang pemalsuan air minum dalam bentuk galon itu nyata gaes! Benar saja, ada oknum yang memanfaatkan kesempatan memalsukan galon dan isinya. Parah sih! Nih, aku baca tweet dari Devina Hermawan parah sih makin ngeri banget pemalsuan galon air minum dalam kemasan segede itu juga kena dong!!  Aku jadi makin bingung, ada saja celah para pemalsu ini cari cuan dari kegiatan yang merugikan konsumen. Ini tuh bukan bahas soal margin cuan si pemalsu. Tapi juga bahas impact ke kesehatan si konsumen. Ibaratnya nih, mau sehat beli air minum kemasan eh malah apes konsumsi air yang ga jelas asalnya. Para oknum ini menggunakan galon, lalu diisi dengan air yang asalnya tidak jelas bisa diminum atau tidak. Karena dari yang aku baca itu

Penerapan Livable City Di Indonesia, Mimpi Atau Sudah Nyata?

Mewujudkan Livable City di Indonesia bukan hal yang mudah. Bentuk Livable City atau kota nyaman salah satunya menyediakan akses yang setara terhadap kebutuhan hidup seperti hunian yang baik, mobilitas, kualitas hidup, hingga layanan pendidikan serta lingkungan kerja. Tidak mudah, namun hal ini penting untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang berkualitas bagi penduduknya. Konsep kota nyaman ini menitikberatkan pada kesejahteraan penduduk, kualitas lingkungan, serta aksesibilitas yang lebih baik. Di dalam konteks Indonesia, penerapan Livable City menjadi suatu hal yang krusial guna mengatasi berbagai tantangan perkotaan yang ada. Indonesia menghadapi serangkaian tantangan yang perlu diatasi dalam upaya mewujudkan Livable City. Beberapa tantangan tersebut meliputi:

Bikin Pizza Nggak Pake Ribet

  Hai semua, sudah tahu kan aku buat apa kali ini? YAP! Ini PLIZZAKU namanya❤️ Aku beli ini di Blibli Mart dan Paket Plizzaku ini diprovide oleh Royco!  Mantul banget kan, sudah sepaket begini jadi nggak perlu pusing-pusing lagi siapin bahan. Kenapa aku mau rekomendasikan #IsiPlizzakuRoyco ? Karena menu ini sehat banget. Cocok untuk kamu yang lagi ngurangin produk dairy. Cuss ikutan bikin juga ya, karena ini endeuss banget! Rasa rendangnya natural banget karena pakai bumbu nasi goreng rendangnya Royco. Jadi berasa makan daging, padahal dari kacang hijau dan bawang bombay. Topping jamurnya juga enakkk karena menggunakan kaldu rasajamurnya Royco.  Ikutan recook ya gaes!