Selamat akhir pekan, ya hari ini merupakan bagian dari libur tahun baru Imlek. Bersyukur suami saya hari ini libur. Tapi karena rumah kami dekat dengan kota Hujan, kebagian deh merasakan aturan lalu lintas kendaraan plat ganjil genap yang akan diterapkan tiap akhir pekan.
Sebenarnya yang saya mau ceritakan hari ini bukanlah persoalan ganjil genap yang sedang disosialisasikan tiap akhir pekan. Saya akan bahas kesehatan diri saya saat menjalani kehamilan anak ke-2 sejak November 2020.
Baru kali ini saya blak-blakan terkait kondisi saya. Di sosial media lain, saya tidak suka membeberkan masalah kesehatan diri dan keluarga. Karena merasa tidak penting juga cari perhatian orang lain dari kondisi diri yang lagi drop. Dibanding share di sosial media seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter. Urusan kesehatan saya lebih suka di Blog dan Chat Group ke keluarga atau komunitas buibu yang memang concern mendengarkan keluhan dan kadang memberikan solusi. Karena kalau urusan kesehatan itu support moril lebih dibutuhkan daripada materiil.
Nah, mungkin pernah saya bahas saat saya di support Clover Honey oleh Komunitas HEI! pada November tahun lalu. Sejak saat itu, saya jadi makin rutin untuk cek berat badan dengan timbangan yang saya beli saat pindahan rumah. Juga selalu pakai smart watch untuk pantau health yang dapat terekam oleh gadget tersebut.
Hasilnya, berat badan saya merosot tajam.
November berat badan saya hampir sama dengan Paksu, berkisar 75 kilogram. Lalu, saat Desember 2020 pertama kali cek di timbangan rumah sakit tempat saya cek pertama kehamilan turun dua kilogram. Januari saat anak saya juga turut menimbang berat badan tepat hari ulang tahunnya, berat saya 71 kilogram. Lalu, minggu lalu saat saya memberanikan diri untuk cek hamil di Puskesmas dekat rumah, berat badan saya 69 kilogram.
Saya harus bagaimana?
Bidan yang periksa kehamilan saya bilang itu hal yang kurang baik. Asupan gizi saya perlu dikaji ulang. Seharusnya berat badan stabil atau naik itu yang baik. Jika terus turun, bidan takut gizi anak yang saya kandung tidak sesuai standar. Sempat diberi solusi untuk konsul ke konsultan gizi Puskesmas. Tapi jadwalnya belum dapat. Semoga saja saya bisa konsultasi secepatnya.
Sebetulnya, saya pribadi memang merasakan perbedaan nafsu makan saat hamil anak pertama. Saat itu saya rakus sekali. Bawaannya mau ini itu, pesan apa saja dan kebanyakan memamg junk food dan kudapan manis. Hamil sekarang, maunya malas-malasan saja. Seperti kehilangan nafsu makan. Kadang saya sendiri merasa, makan itu sebuah kegiatan yang harus dipaksakan jika mood datang.
Saya juga takut ini bagian dari psikis. Walau saya tidak tahu bagian mana yang membuat tubuh saya merespon dengan mengurangi nafsu makan saya. Intinya, saya sudah berupaya untuk menambah selera makan dengan pesan makanan frozen food dari restoran favorite saya di Ibu Kota. Setidaknya tastenya sama gitu dengan yang saya suka pesan waktu hamil anak pertama. Tapi, ya hanya sekadar senang saja melihat bentuk makanan tersebut, saya sajikan tapi tidak saya makan.
Doakan saya ya agar menambah nafsu makan dan tidak kekurangan gizi untuk bayi yang ada di kandungan saya ini. Aamiin.
No comments:
Post a Comment