Sunday, December 20, 2020

Han Ji Pyeong! Separuh Hati Saya Ada Namamu!

Sudah nonton drama Start Up di TVN atau Netflix? Sejak bulan lalu, teman-teman saya sangat heboh memilih tim Nam Do San atau tim Han Ji Pyeong. Walau saya punya akses menonton drama tersebut di layanan tv berbayar dan aplikasi berbayar saya tidak ingin mengikuti arus. Saya pernah menegaskan kepada suami, saya tidak pernah suka menunggu drama series tiap episodenya. Hal itu sangat mengganggu pikiran dan terlalu banyak berharap akan jalan cerita selanjutnya. Jika tak sesuai harapan, nantinya saya takut akan kecewa dan tidak ingin melanjutkan drama tersebut.

Tapi, ada sebuah series yang saya dambakan sejak saya baca novel His Dark Material dari Philip Pullman. Trilogi itu diangkat menjadi series oleh HBO. Sejak tahun lalu dirilis, saya mencoba tahan dari godaan untuk membeli akses setahun untuk HBO GO agar saya bisa menikmati tiap episodenya. Tapi akhirnya saya menang. Setelah buku The Golden Compass atau HDM Season 1 selesai tayang di HBO, barulah saya membeli akses dan menonton semuanya tiap hari dan tak butuh waktu lama, hanya seminggu, semua episodenya selesai saya lalap dan khatam tiap detailnya karena kadang saya mengulang bagian yang sekiranya tidak ada di buku agar saya lebih memahami lagi tiap detail yang ingin disampaikan penulis. Tapi ternyata untuk season 2, saya kurang sabar. Saya menjadi bucin HDM 2. Hiks. Sedih sih, tapi apa mau dikata, saya terlalu cinta dengan trilogi fiksi yang sangat keren (menurut saya ya!).

Nah, saya bahas yang lain ya...

Semenjak Netflix sudah dibuka aksesnya oleh Indihome, saya mulai langganan lagi. Karena sebelumnya pernah langganan tapi pakai VPN (yang berbayar juga). Nah, sejak langganan Netflix inilah, saya menjadi penikmat audio visual (tapi lebih sering visual karena berisik kalau pakai audio).

Drama korea dari Reply Series, Hi Bye Mama!, Itaewon Class, Hospital Playlist 1, dan baru selesai saya tonton itu Start Up. Semua saya tonton setelah semuanya sudah rampung tidak ada cerita saya nungguin episodenya. Tapi munafik jika saya tidak menjadi korban bucin dari Drama Korea. Saya pernah jadi korbannya Goblin dan The Tailed of The Nine Taled. Tapi saya bukan fans dari Lee Dong Wook kok. Saya lebih suka Gong Yoo. huahahaha

Nah, intinya, gara-gara heboh Start Up ini, saya akhirnya nonton ini drama. Padahal ada Do Do Sol Sol La La Sol di playlist saya setelah menamatkan Hospital Playlist 1. Gegara baca cerita tentang Han Ji Pyeong, saya pun turut sedih dengan peran tersebut. Saya sudah jatuh cinta walau belum tahu siapa itu pemerannya. Akhirnya mulai cari tahu, ternyata pemerannya Kim Seon Ho. Makin semangat saya menonton Start Up lebih dulu daripada playlist lainnya.

Tahu alasan kenapa saya akhirnya memutuskan jadi tim Han Ji Pyeong? Karena saya merasa relate dengan tokoh tersebut. Ingin melindungi orang tanpa tahu alasan sebenarnya padahal itu adalah sayang dan bisa jadi itu adalah cinta. Kadang, kita membantu orang tanpa harus ada alasan. Tapi disatu sisi, kita harus punya alasan untuk membantu orang lain karena jika tidak orang tersebut akan salah paham dan merasa hutang budi kepada kita. 

Oh Ji Pyeong, semoga kamu tidak ada di dunia nyata. Cukup di dalam drama saja ya. Kasihan hidupmu kalau terus seperti itu. Lalu, saya memilih untuk jadi tim siapa? Kalau untuk di Start Up saya sangat setuju pakai banget Seo Dal Mi menikah dengan Nam Do San. Karena cocok saja mereka berdua, Do San lebih berani ungkapkan cinta. Nah, kalau Han Ji Pyeong, untuk saya saja yaaa... #eh pura-pura lupa kalau itu tokoh fiksi. haha


Friday, December 18, 2020

Makin Tua, Makin Sedikit Punya Teman

Banyak yang bilang berteman lebih dari 7 tahun akan bisa membuat dua orang atau lebih bisa menjadi sahabat. Tapi, menurut saya tidak demikian. Saya berteman dengan banyak orang tapi tidak ada yang bisa saya sebut sebagai sahabat? Benarkah demikian?

Menurut saya, bukan karena jumlah tahun bersama. Tapi waktu berkualitas yang bisa dihabiskan bersama. Sekalipun berteman baru 1-2 tahun, bisa saja orang tersebut sudah bisa dibilang sahabat sebenarnya.

Jujur, saya tidak ada teman dekat sejak kecil. Tapi ada orang yang saya percaya saat SD, SMP, SMA, maupun saat KULIAH dan KERJA. Jadi, bisa dibilang, sahabat saya sebetulnya ada banyak. Versi saya. Tapi saya tidak tahu versi mereka, apakah menganggap saya sahabat atau hanya teman yang kebetulan dekat dan sedang satu misi. Malah bisa jadi, ada teman yang saya anggap biasa saja tapi dia menganggap saya sahabatnya. Bisa saja kan! Hati manusia tidak ada yang bisa menebak selama sesama manusia. Hanya Allah yang bisa membolak balikan hati Makhluk-Nya.

Sebenarnya apa sih yang mau saya tuliskan disini? Saya juga tidak begitu paham. Hanya saja, saya ingin sekali melimpahkan apa yang saat ini sedang saya rasakan. Tentang "persahabatan" sebetulnya itu nyata. Hanya saja, tidak ada yang tahu kapan itu bisa bertahan dan akan berakhir cepat atau lambat.

Saya pun pernah merasakan indahnya dikelilingi teman-teman saat suka dan duka. Terutama saat saya kehilangan orang-orang yang saya cintai saat itu. Tapi saya belajar, bahwa menerima kenyataan bahwa kita seorang diri di dunia itu adalah hal nyata. Satu manusia itu bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya di dunia seorang diri saat after life. Tidak mungkin saya melimpahkan kesalahan pada orang lain padahal saya yang melakukannya. Hehe.. absurd sih tulisan saya ini.

Intinya, saya pribadi tidak pernah mengandalkan orang lain untuk berbuat baik kepada saya. Saya hanya ingin memberi yang terbaik untuk orang lain tanpa berharap balasannya. Saya tahu, orang yang saya maksud bisa mengerti tulisan ini dengan baik.

Terima kasih.

Wednesday, December 16, 2020

Dapat Hadiah Voucher Hotel, Tapi... Bapuk!

Jadi, bulan September lalu, saya menang giveaway dari sebuah aplikasi gaya hidup berbayar. Ceritanya, sejak Mei 2020 saya mendapat hadiah produk kecantikan worth to 500k, lalu pada Juli 2020 dapat minuman kesehatan worth to 300k, nah, pada September dapat voucher hotel 200k dari sebuah situs pemesanan hotel yang mengklaim harga yang ditawarkan adalah termurah daripada situs lainnya. Validasinya paling lambat 31 Desember 2020.

Sebetulnya saya pun terlambat menyadari hadiah tersebut, saya baru tahu awal bulan November.  Itu juga karena teman ada yang bilang pernah lihat nama saya di aplikasi tersebut. Dia bilang "You selalu lucky, guys!". Alhamdulillah.

Nah, kebetulan karena saya dan keluarga saat ini sudah tinggal (lumayan) jauh dari alamat KTP. Jadi, berniatlah saya ingin mengunjungi Mertua yang tinggal di Jakarta. Sekalian liburan akhir tahun lah yaaa. Yaiyalah, gileee dapat voucher hotel masa' mau dilewatkan begitu saja. Rugi donggg!

Sudah senang dapat angin segar dari aplikasi tersebut. WOW! Lumayan nih bisa ajak mertua nginep di hotel. Karena mereka kan berdagang dari Senin-Sabtu. Nah, bisa kali liburan Sabtu-Minggu saja gitu jadi nggak ganggu jadwal dagang mereka, kan! Ya intinya dua hari ini Saya dan suami sudah itung-itung uang liburan kami untuk nginep satu malam di hotel terdekat alamat KTP kami itu.

PENTINGNYA BACA KEMBALI UPDATE DARI S&K KLAIM KODE VOUCHER!

Salah besar saya mengabaikan S&K pada saat mencoba klaim kode yang diberikan dari aplikasi yang menghadiahkan voucher tersebut. Ternyata updatenya adalah...

Voucher sejumlah 200k itu, tidak applied 200k (bulat bulat) dalam satu transaksi jika memang hotel yang dipilih tidak masuk dalam kategori yang sudah ditentukan. Jadi, bisa saja hanya terdapat potongan 54k atau 18k. Nah, nanti sisa dari potongan tersebut dapat digunakan sampai dengan jumlah potongan 200k tersebut habis.

Unfortunately, hotel yang saya ingin pesan hanya bisa klaim sebesar 54k. Jadi nanti sisa 156k nya bisa dipakai sampai 31 Desember 2020. 😔

Suami pun langsung mengurungkan niatnya untuk bermalam di hotel. Kami sepakat untuk membatalkan perjalanan kami dan mengalihkan pengeluaran tersebut ke pos lainnya.

Jadi, inti tulisan ini apa? 

KECEWA. S&K Tak Sesuai HARAPAN. 

Yaiyalah ya, kecewa itu pasti tidak sesuai harapan. Hanya saja, namanya Emak-Emak kan maunya cuan. Jadi ada cuan tipis pun senang. Tapi jujur, kali ini saya harus mengikhlaskan kode voucher tersebut hangus. Bye...

Sekali lagi saya hanya ingin mengingatkan untuk para pembaca blog ini. Tolong lebih cermat jika mendapatkan kupon. Baca Syarat dan Ketentuan dengan detail agar tidak seperti saya yang jadi kecewa karena gagal liburan akhir tahun bersama keluarga.

Monday, December 14, 2020

Awalnya Diare, Ternyata...

Hampir setengah bulan di November 2020, diisi dengan drama bolak-balik kamar mandi. Saya sebagai ibu yang (dibilangnya) nggak ada kerjaan di rumah akhirnya sibuk. Ya sibuk bolakbalik kamar mandi karena diare alias mencret-mencret. Banyak yang bilang karena kebanyakan makan masakan pedas. Paling masuk akal itu adalah masuk angin. Berdasar kepercayaan kami seumur hidup kalau sudah kerokan punggung harusnya sudah baik-baik saja. Tapi nyatanya sampai awal Desember 2020 juga masih berlanjut walau sudah ada jeda 1-2 hari normal tapi kembali lagi.

Muak dengan rutinitas seperti itu, saya mengeluhkan penyakit yang nggak enak ini di komunitas yang saya ikuti di sosial media, Halo Emak Indonesia! (HEI!). Sharing penyakit kok di komunitas emak-emak? Ya karena menurut hemat saya, komunitas ini mudah dijangkau. Berada di dalam genggaman alias ponsel dan kami sering bertukar informasi. Berharap ada sebuah solusi singkat dan bisa direalisasikan. Ternyata sebuah solusi datang di awal bulan penutup tahun ini. Sebuah botol Madu yang lagi hits di dunia perjastipan mendarat mulus di rumah saya. Dengan nama dan doa dari pengirimnya, HEI!. Speechless! Pasti. Karena harga madu ini tidaklah murah. Selain itu, doa yang singkat dan padat itu membuat saya sedikit mewek. Suami pun tak kalah bingung dan cuma bisa bilang, "Alhamdulillah ya. Semoga dengan minum madu itu, kondisi perut kamu bisa membaik." Tak putus saya bersyukur atas respon komunitas terkait penyakit yang sedang saya derita hampir sebulan belakangan.

Rutin minum madu, ternyata membuat tubuh ini membaik. Setidaknya rutinitas mengukur jarak kamar-kamar mandi, atau teras-kamar mandi tiap harinya berkurang. Tapi masih ada rasa pegal dan tidak enak di perut. Bawaannya kayak malas beraktivitas, maunya rebahan leyeh-leyeh. Tetangga pun sempat bilang, beberapa kali saya mengantar anak BIMBA, wajah saya tidak terlihat sehat. Pucat! "Mam, lagi sakit ya? Pucat kelihatannya". Tak hanya itu, ada tetangga juga yang sempat berkelakar "Bun, lagi hamil? Jangan capek-capek lah!".

Jederrrr....

Tidak terpikir sama sekali soal hamil. Benarkah? Tidak pakai waktu lama, saya langsung cek ke kalender digital pencatat menstruasi.

Voila! Selama November 2020 saya tidak menstruasi. Itu menandakan bahwa saya terlambat haid 4 minggu alias 1 bulan. Eeeaaaaa...

Nggak pakai drama, pulang antar BIMBA, saya bilang ke paksu kalau mau coba beli testpack. Lalu jalan-jalan sore lah kami ke minimarket, rencananya mau beli testpack sekalian jajan camilan. Ternyata mini marketnya lagi nggak ada stok. Beralihlah kami mencari Apotek yang sejalur dengan jalan pulang. Drama dimulai disini, tiba-tiba hujan deras. Beruntung Apotek tersebut buka dan menjual testpack dengan harga Rp 11rb. Karena Saya dan suami penasaran, akhirnya kami menerobos hujan tersebut sampai masuk ke rumah. Tahu nggak, sesampainya di teras, hujannya berhenti. Damn!

Tidak langsung cek, saya memilih istirahat dulu. Sebenarnya ingin menenangkan diri kalau-kalau hasilnya positif atau negatif. Jika positif, saya sangat senang karena memang Paksu ingin nambah anak. Nah, jika negatif, saya harus pasrah ke dokter internis alias penyakit dalam. Karena gejala yang saya alami serupa dengan alm. Mama sebelum meninggal. Jadi sebetulnya saya memang berharap bahwa saya hamil.

Penasaran hasilnya nggak?

Saya penasaran, jadi istirahat 15 menit saya langsung ambil kemasannya lalu masuk kamar mandi. Berhubung ini testpack murah meriah jadi tidak dapat cawan untuk simpan pipis. Beruntung minggu lalu saya beli tempt poop portable untuk Kanya, jadi saya pinjam deh untuk cek sticknya.

Alhamdulillah, dua garis muncul dari indikator testpacknya.

Bahagia? PASTINYA!

Bagaimana respon Paksu? Senyum senyum dan langsung telepon temannya dan tanya soal asuransi kantor karena dia mau memastikan saya cek ke dokter kandungan secepatnya. Saya pun ingin sekali konsultasi dengan dokter karena selama saya diare, saya konsumsi obat-obatan yang asal saja. Karena ingin menghentikan diare tersebut. 

Tepat 8-12-2020, saya datang ke rumah sakit terdekat yang direkomendasikan tetangga saya yang berprofesi sebagai bidan dan kebetulan beliau juga sedang hamil. Administrasi yang mudah dan saya pun ditangani dengan baik. Penjelasan dokter pun sangat jelas. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG, sudah terlihat kantung janin di dalam rahim. Alhamdulillah. Tidak putus-putus saya terus bersyukur. Oh iya, saya cek ke rumah sakit sendirian saja. Karena pagi hari, Kanya belum bangun dan Paksu harus menemani anak perempuannya itu kalau tidak bisa terjadi perpecahan di gang rumah saya karena teriakannya yang menggelegar (rada treble).

Penasaran nggak sama diarenya?

Tidak ada diare sampai hari saya menulis cerita ini di blog. Hebat yaaa! Haha Saya pun bersyukur, karena sudah tidak ada diare yang mengajarkan saya mendapat posisi (agak) enak di atas jamban dengan nyender ke tembok. Aah! 

Sempat terpikir, kalau sebetulnya diare itu kode dari si bayik: Hei mama, aku ada disini lho. Hati-hati jangan asal makan ya, nanti aku sakit huhu.. Karena jujur saja, saya sempat minta beliin nanas madu kepada Paksu, tapi tidak pernah dibelikan. 

Sehat sehat ya sayangnya, Mama. Sampai ketemu 8 bulan lagi...

Ini 3 Resto Seru Dekat Summarecon Bogor