Mungkin untuk sebagian perempuan yang sudah menikah dan punya anak pertama sudah lebih siap jika memiliki anak kedua. Kalau saya, entah kenapa saat menjelang duedate rasanya makin deg-degan. Alasannya banyak banget kalau mau dijabarin. Entah harus mulai dari mana.
Setidaknya, now saya mau luapkan emosi yang saya tidak bisa ungkap langsung kepada suami ataupun sahabat dan saudara. Karena nggak bisa saja gitu, mungkin juga karena saya yang bukan extrovert. Hal ini menjadikan diri saya lebih tertutup dan senang menyimpan semuanya sendiri.
Jujur, pengalaman melahirkan untuk pertama kali saya rasakan pada 4 tahun lalu. Hal itu tidak membuat saya jumawa kalau saya mudah untuk melahirkan. Wow Banget! Pengalaman lahiran karena pecah ketuban saat subuh, dan harus menunggu 12 jam sampai akhirnya pembukaan lengkap.
Ketakutan saya bukan antara lahiran normal atau sectio. Tapi lebih kepada kesiapan diri saya menerima kalau saya sudah menjadi ibu dengan anak lalu istri dengan suami dan anak. Bingung? Saya juga bingung dengan pernyataan tersebut. Kesiapan mental sih yang lebih tepatnya. Urusan bagaimana cara lahir saya pasrah kepada Tuhan dan Nakes yang merawat saya. Terserah mereka lah mau gimana, yang penting saya maunya lahiran kemudian saya dan bayi yang saya lahirkan sehat.
Kewarasan dari inner circle juga saya khawatirkan. Jujur, kesehatan mental ini utama banget. Saya butuh kepastian dari lingkungan untuk membantu saya tetap survive menjadi Ibu. Ya! Bukan menjadi saya pribadi, tapi membentuk diri saya sebagai ibu itu masih agak sulit. Karena lingkungan saya pun, masih lebih mementingkan dirinya sendiri, it means, ego nya masih sama sama kuat. Semoga semua itu hanya kekhawatiran saya saja, if nanti terjadi hal yang sudah saya prediksi yaa ikhlasin saja lah.
Saya bukan orang yang mudah berekspektasi tinggi kepada orang lain, karena saya tidak mau banyak kecewa. Bukan berarti saya tidak percaya dengan kesungguhan orang berteman dekat dengan saya, tapi tidak penting buat saya membuat ekspektasi atau menaruh harapan kepada orang lain. Berharap lebih kepada diri saya saja, tidak saya lakukan masa` saya memaksa orang lain bertindak lebih dari harapan saya.
Haha mungkin yang baca tulisan ini bingung ke arah mana saya akan menulis.
Tenang, kamu bisa skip saja tulisan ini langsung ke akhir.
Inti dari tulisan ini adalah saya tidak akan berekspektasi lebih saat saya telah memiliki dua anak. Saya akan jalani semuanya dengan baik. Tentunya dengan bantuan keluarga inti yaitu suami dan anak pertama saya, lalu orang tua dan saudara juga tetangga.
Harapan saya, semua orang bisa membantu menenangkan saya jika mengalami baby blues. Bukan menghakimi saya sebagai orang tidak tahu diri atau diuntung dengan segala hal yang saya alami. Itu saja.
:) Lega saya menulis ini semua.
No comments:
Post a Comment